"Kau terdengar sangat tulus, Nicole. Aku senang mendengarnya."
"Aku sangat bersyukur jika bisa membuatmu senang, Ibu. Setidaknya, sekarang aku bisa menjadi anak yang berguna."
"Apa yang kau katakan, Nicole? Jangan bicara seperti itu! Kau selalu berharga untukku." seraya mengusap lembut sebelah pipi putrinya.
"Maka itu, kau jangan sakit lagi, Ibu. Meskipun kakak tidak ada disini, tapi dia akan kembali. Dan kita bisa menunggunya sampai waktu itu tiba, Ibu."
Permaisuri mengangguk, mengiyakan ucapan manis putri Nicole. Sang tuan putri mulai berhasil menabur semangat baru di dalam jiwa permaisuri.
"Nah, makananmu sudah habis, Ibu. Sekarang... ini obatnya."
"Terima kasih, Nicole."
"Hmm.. Ibu, jika beberapa hari ini kau sudah semakin membaik... apakah... kau mau berpikir untuk... mengundang pangeran George untuk berkunjung ke istana ini?"
"Apa? Kau... ingin dia berkunjung kemari?" dengan mengernyitkan dahinya permaisuri tampak cukup terkejut dengan pertanyaan itu.
Putri Nicole pun mengangguk, "Hmm.. Tapi, jika itu terasa merepotkan... sebaiknya tidak perlu, Ibu."
"Tidak, Nicole. Aku akan mengaturnya untukmu."