Sementara di tempat lain. Martha menyibukkan dirinya dengan merangkai bunga. Sejak tiga tahun yang lalu, gadis itu memutuskan untuk membuka kios bunganya sendiri. Dia menyewa sebuah bangunan mungil yang berada tak jauh dari pusat kota.
Karena hasil rangkaian bunganya sangat indah dan menarik, maka sudah banyak yang memesan rangkaian bunga darinya. Pesanan yang datang dari berbagai kalangan di kota itu, telah menghidupkan semangatnya yang baru.
Meski terkadang, dalam keheningan malam Martha masih sering menitihkan air matanya sebagai bentuk luapan rasa rindunya kepada Daniel.
"Martha!" dia pun menoleh ketika mendengar seseorang telah mendorong pintu kiosnya.
"Hai Catherine! Masuklah!"
Gadis bergaun hijau yang menenteng sebuah tas tangan itu melangkah kepada Martha. Mengamati apa yang sedang dikerjakan oleh tangan temannya itu.
"Duduklah!"
"Ah, kau sangat teliti merangkainya, Martha."
"Ya! Aku harus melakukannya dengan sangat hati-hati."
"Apa yang kau rangkai itu sudah ada pemesannya?"
"Tentu Catherine! Ini pesanan dari seseorang yang tinggal dekat pinggiran kota. Tuan Luigi akan mengantarnya nanti sore."