Keduanya memutuskan untuk berkeliling ke setiap sudut jalan yang berada di sekitaran toko roti Nivea. Dengan berdampingan, langkah mereka berayun diiringi tawa. Masih di bawah guyuran hujan.
"Apa kau senang, nona Nivea?"
"Hmm. Bahkan sejak kecil ayah melarangku bermain hujan."
"Jika nanti beliau tahu, aku mengajak anak gadisnya bermain hujan, apakah beliau akan memarahiku?"
"Hahaha. Itu tidak mungkin, tuan Matias."
"Baiklah! Sekarang... bisakah kau berhenti memanggilku dengan sebutan tuan? Bukankah kita hanya berbeda dua tingkat saat di perguruan dulu?"
"Ah, ya! Itu benar. Baiklah... Matias. Kalau begitu jangan juga memanggilku dengan sebutan nona."
"Tapi kau adalah anak dari seorang duke."
"Itu bukan alasan yang berarti. Aku lebih muda darimu, tak masalah jika kau hanya menyebutkan namaku."
"Baiklah kalau begitu." diiringi anggukan dan senyum tipis, memandang dalam penuh arti kepada Nivea.
Akhirnya hujan telah mereda sepenuhnya saat petang menjelang, kedua orang yang telah puas bermain dengan hujan sore itu telah sampai di pintu toko roti Nivea. Seri menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua orang itu. Dia pun sigap menyodorkan handuk ke tangan mereka masing-masing.