"Ada apa tuan Carlos, Anda memanggil Saya?" tanya Matias mengarah kepada pria yang mengenakan setelan jas biru dongker itu.
"Yang mulia tuan putri ingin memetik anggur-anggur disana. Aku harap kau bersedia membantu beliau."
"Ah, tentu tuan! Dengan senang hati, yang mulia. Saya akan membantu tuan putri."
"Te.. terima kasih tuan.. Matias."
Sepertinya tuan Carlos dan Matias cukup dibuat keheranan, karena sikap tuan putrinya yang tampak sedikit bodoh saat ini. Gadis itu sepertinya sudah salah tingkah.
Matias mempersilahkan kepada putri Nicole untuk melangkah lebih dulu menuju area tengah perkebunan. Perlahan dengan sopan, lelaki itupun menyeimbangkan langkahnya agar sejajar dengan putri Nicole. Matias mengarahkan langkah mereka untuk mengambil sebuah keranjang rotan yang masih tersedia di tempatnya. Lalu kemudian mulai melangkah ke tengah-tengah kebun.
Degup dalam dada putri Nicole kian terasa tak menentu, dirinya belum pernah mengalami perasaan semacam ini sebelumnya.
***
"Ini sudah sangat sore Seri, ayo kita kembali ke rumah! Tampaknya dia juga tidak akan datang." ucap Nivea seraya menunduk, kedua tangannya sedang sibuk merapikan meja bekas pelanggannya.
"Siapa dia yang Anda maksud, nona?" spontan saja Seri menoleh ke arah Nivea yang berada tiga langkah darinya.
Nivea tersentak dan mendongak memandangnya, "Hmm. Dia... dia... dia siapa ya?"