"Seri, ada apa dengan nona kita?" tanya David sedikit berbisik.
"Hmm. Entahlah! Aku rasa ada yang tidak beres dengannya."
"Sebelumnya nona Nivea tidak pernah marah untuk kesalahan kecil yang kita lakukan. Kalau saja dia dalam keadaan normal, pasti tadi... dia akan mengembalikan sendiri alat itu ke lemari. Tanpa harus berteriak dulu padaku."
"Ya! Itu benar, Seri." timpal David yang sedang menghaluskan kumpulan buah anggur di mejanya.
Seri menghela nafas, "Aku harap kau bisa memaafkannya, Clara."
"Tidak masalah Seri. Mungkin suasana hatinya sedang tidak baik. Aku bisa maklum." seraya tersenyum di akhir kalimatnya.
Di lain sisi Nivea sendiri juga tidak tahu, mengapa hatinya bisa terasa sangat tidak nyaman. Entah hal apa saja yang sedang berkecamuk di dalam dadanya. Dia sendiri tak dapat mengungkapkan rasa hatinya dengan rangkaian kata-kata.
Yang jelas Nivea masih berharap dirinya bertemu kembali dengan sang kakek di dalam tidurnya. Dia ingin beliau menjelaskan maksud dari cerita yang disampaikannya dalam mimpi terakhir kali. Dan apakah reinkarnasi itu benar adanya? Atau semua itu hanya cerita fiksi dan bahkan sebuah lelucon yang tidak masuk akal?
Nivea sangat ingin mengetahui jawabannya.
Kini dirinya melangkah kepada letak lemari limunnya berada. Dia pun meraih salah satu botol dari dalam sana. Dan tanpa disadarinya, dia langsung membuka tutup botol itu dengan tangan kosong, disaat David mengantarkan roti-roti yang baru selesai diberi olesan selai.
David pun melongo keheranan, "Hah? Bagaimana bisa Anda melakukan itu, nona?"