"Oke deh.. Kamu nunggu depan pager ruko ya, sebentar aku jalan kesitu."
Aku menuruti komando yang diberikan Henry untuk menunggunya di depan pagar ruko. Aku kembali masuk lagi ke dalam kedai dan berjalan lurus menuju pintu depan. Tampaknya Faris sedang melayani pesanan pelanggan. Namun lirikan matanya tetap menyadari kehadiranku dari ruang belakang berjalan melewati samping meja barista. Mulutnya pun tetap iseng walau tangannya sedang bekerja melayani pesanan.
"Mel, kenapa lo? Keder?"
"Haha, mau lewat depan." aku tetap berjalan menunduk menghampiri pintu depan kedai. Lewat sini jarak ke pagar ruko memang lebih dekat dibanding harus lewat samping.
Belum sampai tepat di pagar ruko, suara lelaki itu terdengar memanggil namaku. Suara yang sama dengan suara lelaki yang terus menghantuiku pada awal perkenalan kami dulu.
Dari arah kiri belakang, suara itu terdengar jelas di telingaku, "Amel..!"
Aku menoleh seraya menghentikan langkah dan tetap berdiri hingga dia mendekat, menghampiriku.
"Eh bener Amel.. Kapan tuh potong rambut?"
Kini kami telah berdiri sejajar, mulai berjalan kaki beriringan. "Kemarin sore. Bagus Ngga? Hahaha.."
"Iya, bagus. Ngga gerah lagi dong?"
"Iya dong.. Ngga perlu diikat lagi."