Aku mengamati wajahku di depan cermin ketika Mba Lina sedang berkonsentrasi melakukan pekerjaannya. Lama kelamaan wajahku sudah mulai kelihatan lebih segar daripada sebelumnya. Kini Mba Lina telah meletakkan kembali gunting rambut yang sedari tadi digunakan olehnya. Dia mulai menyolokkan ujung kabel hair dryer ke salah satu stop kontak yang menempel di dinding bagian bawah cermin.
Dia mengarahkan alat pengering rambut berwarna biru itu ke bagian atas rambutku kemudian menghidupkan powernya. Ngung..... Suara alat pengering itu berdengung dan menghantarkan hawa panas ke seluruh bagian rambutku yang sudah tidak panjang lagi. Sekitar sepuluh menit Mba Lina membolak balikkan seluruh bagian rambutku dengan sisir dibarengi tembakan hangat dari hair dryer.
Sekarang sudah selesai. Aku menyisir sendiri rambutku yang sudah dikeringkan. Aku menatanya sendiri agar lebih puas. Membelah pinggirnya di sisi sebelah kiriku. Hmm.. Seperti biasanya, aku merasa sangat puas dengan hasil kerja Mba Lina. Penampilanku sudah tampak berbeda sekarang. Wajahku tampak jauh lebih segar dan juga terang.
"Bagus.. Makasih ya Mba Lina.." aku menolehkan kepalaku ke kanan dan ke kiri di depan cermin untuk melihat model rambutku yang baru dari sisi samping. Dan tersenyum puas kepada Mba Lina.
"Iya.. Gitu dong Mel, lebih muda kelihatannya. Tadi kelihatannya kamu keberatan sama rambut. Habis tebal banget sih rambutnya.." ucap Mba Lina diiringi tawa kecil. Setelah membayar tarifnya kepada Mba Lina, tanpa mengobrol banyak lagi aku pun segera beranjak pulang ke rumah.
Di jalan menuju ke rumahku, aku bertemu dengan pedagang ketoprak telor bergerobak biru yang sering lewat depan rumah. Terlihat si Abang sedang beristirahat duduk pada semen-semenan di bawah pohon rindang.
"Abang..! Sudah lewat depan rumah Saya?" aku berteriak lantang menyapanya dari jarak yang agak sedikit jauh.
"Eh si Eneng.. Mana ya rumahnya? Oh.. Iya sebelah sana ya?" seraya dia bangkit dari duduknya dan telunjuknya mengarah ke kanan.
"Ho'oh Bang! Sudah kesana?"
"Sudah Neng, sepi daerah situ mah.. Tumben."
Aku melangkah menghampirinya dan memesan dua bungkus untukku bawa pulang. Aku menunggu di samping gerobaknya, sekali-sekali mataku mengikuti gerak gerik si Abang ketoprak yang sangat telaten menyiapkan pesananku.