Faris mengikuti arah tunjukkan Mutia seraya tertawa terbahak. "Lah Amel.. Gue kira anak baru, rambut lo kemana? Hahaha. Kaya bocah lo begitu."
"Bawel, diem lo!" aku menjawab celetukannya dengan singkat. Dia malah melanjutkan ocehannya lagi.
"Mas Henry makin cinta dong? Hahai.."
"Apaan sih lo Ris?? Gila ya?!"
Pelanggan berikutnya telah tiba, Faris melayani pesanan mereka sedang aku kembali pada posisiku di samping belakang Faris. Berjaga-jaga siapa tahu ada pelanggan lagi yang masuk ke kedai. Setelah Faris menyelesaikan tugasnya, aku berkompromi dengannya soal jam isrirahat makan siang kami hari ini.
"Oh iya Ris, nanti gue keluar jam dua belas aja ya. Boleh kan? Jam satu gue sudah balik deh."
"Iya Mel.. Selow.. Atur aja.."
Tidak lupa aku mengucapkan terima kasih padanya. Karena seharusnya jadwal makan siang ku pukul setengah dua belas. Kalau waktunya aku mundurkan, tentunya waktu makan siang Faris juga mundur setengah jam. Beruntung personil kedai kami selalu saling pengertian dan menjaga kedamaian.
Hingga tibalah waktunya aku untuk pergi keluar makan siang. Sebelum aku menghubungi Henry, dia sudah menelponku lebih dulu ketika aku baru keluar selangkah dari pintu samping kedai.
"Mel, mau makan apa?"
"Belum tau, bingung nih.. Ke seberang aja deh.. Makan bakso. Mau ngga?"