"Oke Mba.."
"Makasih ya.." seraya menurunkan kakinya satu per satu menapaki lantai yang cukup jauh dari pijakan kaki pada kursi.
Akhirnya, Mba Lidya naik juga. Tapi kira-kira dia akan pergi jam berapa ya? Aku teringat harus menunggu Henry dulu sampai pukul lima sore ini. Semoga Mba Lidya pergi sebelum waktunya aku pulang atau nanti malam saja perginya agar aku bisa pulang dengan aman sebelum dia pergi meninggalkan kedai.
Hari ini kedai kami bisa dikatakan tidak terlalu ramai oleh pelanggan. Pelanggan yang hadir silih berganti saja mengisi kekosongan meja tamu. Yang hadir berkelompok juga belum terlihat sampai siang ini. Dion telah kembali dari makan siangnya. Terlihat Rena dan Eka sedang stand by di posisinya masing-masing. Mereka menyeret bangku plastik berwarna hijau untuk duduk masing-masing. Eka tampak sedang mengantuk berat. Sudah berapa kali aku melihatnya menguap. Mungkin semalam dia habis bertugas siskamling bersama tim ronda di rumahnya. Hahaha.
Aku dan Dion melanjutkan perbincangan kami sebelum jam makan siangku tadi.
"Terus ada lagi tuh Yon, peserta. Cowok nih, disuruh pelatihnya bikin flat white, eh susunya banyak banget. Warnanya jadi terang."
"Lah.. Haha.. Ada-ada aja. Harusnya gelap kan.."
"Iya, muka pelatihnya sudah mengkhawatirkan tuh pas lihat tampilannya. Kan bening dong gelasnya. Masih diem aja tuh pelatihnya, cuma rada geleng-geleng aja lihat gelasnya."
"Haha.. Terus..?"
"Ngomong juga tuh akhirnya pelatihnya. Mas maaf ya, ini kamu bikin flat white apa caffe latte? Susunya kebanyakan ini. Tapi ngga apa-apa, Saya coba ya.. Terus kan dicobain tuh sama pelatihnya."
"Terus apaan katanya?"