"Aku tahu hatinya. Tahu betul," lanjut Cassana.
Cassana diam dan tersenyum. Aristi terpaku di tempat. Faris melangkah pelan. Berlutut di hadapannya.
"Pertanyaanku terjawab, Ris. Sebelumnya aku bingung apa yang terjadi. Sekarang, aku tahu harus bagaimana, Ris. Aku jatuh hati, Ris. Teriam aku, Ris," kata Faris sungguh-sungguh, berharap hatinya disambut.
Aristi berkaca-kaca. Dia mengangguk pelan.
"88 km, Ris," katanya.
Cassana tersenyum. Mungkin jauh dalam sukmanya ia terluka. Bagaimana pun, ia harus terima itu.
***
Risa sibuk sekali. Handphone-nya berdering. Setelah merapikan meja kerjanya, ia mengangkat telepon.
"Hai, maaf, tadi sedikit sibuk sayang," katanya dari seberang.
"Tidak apa-apa," jawab dari seberang.
"Aku kangen, Sa."