Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

88 KM Merindu

19 Oktober 2022   20:09 Diperbarui: 19 Oktober 2022   20:14 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya, tinggi," katanya.

"Aku tak mengerti!" kata Aristi.

            Ia kemudian mendekatkan duduknya. Menggenggam tangannya. Memakaikan mahkota dari rumput-rumput liar yang dari tadi dirangkainya. Memakaikan pula, rangkaian rerumputan berbentuk cincin. Menyematkan bunga liar nan indah di telinganya.

            "Ris, aku cinta kamu. Cinta yang luas, seluas laut, sedalam samudra. Aku cinta kamu setinggi langit di atas kepalamu. Juga cinta kamu bak gunung di belakang punggungmu."

            "Apa kamu melamarku?" Aristi menitikan air mata. Terharu dan terbuai kata-kata manis nan elok yang keluar dari mulutnya.

            "Hei," panggil Faris.

            Aristi menunduk pilu. Mengenang masa dulu yang kian berlalu. Yang membuatnya rapuh dalam menunggu.

"Di sini, Ris. Di sini ia mengucapkan kalimat itu. Ya Faris, aku terbuai karenanya dulu," Aristi terisak.

"Menangislah, Ris. Menangislah kalau memang tangisan membuatmu tenang. Menangislah," kata Faris.

Aristi mengangguk. Faris mengeratkan pelukan. Deburan ombak masih mengalun di laut lepas. Sepoi angin masih manja. Menerbangkan rambutnya yang terurai.

"Makasih, Ris," kata Aristi.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun