"Ada banyak potongan daging manusia dan kambing berserakan dengan darah berceceran. Masih baru. Dari bajunya tampaknya dari kelompok Lanun Hitam pimpinan Mujitaba, yang kita cari sejak lama!" papar Kapten Jonathan.
"Berarti masih ada tambak yang belum dikuras karena dijaga?" Zia dengan berani bertanya.
"Siapa dia Dan? Tapi pertanyaannya bagus, ada tiga ratus meter dari sini terlindung terpal dan banyak ceceran darah ke sana? Kopral Yayan, Pratu Ali dan Pratu Nyoman baru hendak memeriksa ke sana?"
"Panggil mereka mahluk itu masih banyak di situ, mereka sedang menyantap QQ!" teriak Zia.
Komodor Yasin sebetulnya tahu bahwa diperintah orang bukan siapa-siapa itu lancang. Tetapi dia segera sadar, Zia bermaksud baik. Naluri tentaranya membenarkan usulan Zia
"Tarik mereka Kapten! Siapkan senjata!"
Dari layar virtual itu Komodor Jasin memperhatikan video live yang diarahkan ke tambak yang ditutup terpal biru. Tampaknya beberpa mahluk melompat keluar, Pratu Ali dan Pratu Nyoman nyaris dimangsa, kalau tidak sepuluh anak buah Kapten Jonathan memuntahkan peluru-peluru api
Mahluk berbentuk campuran udang dan kepiting itu terdorong, satu terluka berat, satu lagi hanya terluka ringan berhasil meraih Kopral Yayan dengan capitnya. Tubuh serdadu terpotong dua.
Anak buah Kapten Jonathan menembakan roket dan menghancurkan satu mahluk. Yang lain membunuh satu mahluk lain dengan tembakan beruntun.
"Cepat pergi dari sana! Mahluk itu terlalu banyak, kita perlu bantuan udara!" Komodor Yasin begitu khawatir.
"Pak, Kak Zia dan dua temannya naik sepeda terbang!" kata Farid menangis.