Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan Manuk Dadali (2, Petaka Pulau Cendani)

2 Mei 2022   16:05 Diperbarui: 2 Mei 2022   16:12 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada banyak potongan daging manusia dan kambing berserakan dengan darah berceceran. Masih baru. Dari bajunya tampaknya dari kelompok Lanun Hitam pimpinan Mujitaba, yang kita cari sejak lama!" papar Kapten Jonathan.

"Berarti masih ada tambak yang belum dikuras karena dijaga?" Zia dengan berani bertanya.

"Siapa dia Dan? Tapi pertanyaannya bagus, ada tiga ratus meter dari sini terlindung terpal dan banyak ceceran darah ke sana? Kopral Yayan, Pratu Ali dan Pratu Nyoman baru hendak memeriksa ke sana?"

"Panggil mereka mahluk itu masih banyak di situ, mereka sedang menyantap QQ!" teriak Zia.

Komodor Yasin sebetulnya tahu bahwa diperintah orang bukan siapa-siapa itu lancang. Tetapi dia segera sadar, Zia bermaksud baik. Naluri tentaranya membenarkan usulan Zia

"Tarik mereka Kapten! Siapkan senjata!"

Dari layar virtual itu Komodor Jasin memperhatikan video live yang diarahkan ke tambak yang ditutup terpal biru. Tampaknya beberpa mahluk melompat keluar, Pratu Ali dan Pratu Nyoman nyaris dimangsa, kalau tidak sepuluh anak buah Kapten Jonathan memuntahkan peluru-peluru api

Mahluk berbentuk campuran udang dan kepiting itu terdorong, satu terluka berat, satu lagi hanya terluka ringan berhasil meraih Kopral Yayan dengan capitnya. Tubuh serdadu terpotong dua.

Anak buah Kapten Jonathan menembakan roket dan menghancurkan satu mahluk. Yang lain membunuh satu mahluk lain dengan tembakan beruntun.

"Cepat pergi dari sana! Mahluk itu terlalu banyak, kita perlu bantuan udara!" Komodor Yasin begitu khawatir.

"Pak, Kak Zia dan dua temannya naik sepeda terbang!" kata Farid menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun