"Entahlah, belum pernah bertemu mahluk ini. Sepertinya mereka dari tempat yang belum dijamah manusia dan kemari karena sesuatu," ujar Kapten Daud. "Kamu mau makan dagingnya?"
"Hatur nuhun, enakan cilok," kata Bagus.
Prajurit yang gugur diangkut dan ditutup dengan selimut. Yang tangannya patah diberi bidai, yang dibungkus gips yang dikeluarkan dari sebuah tabung oleh tenaga medis.
"Dari mana mahluk itu?" tanya Kapten Daud pada pemuka pemukiman.
"Dari hutan kelapa utara. Ada orang-orang yang bukan warga kami dan warga Tanjung Jakarta membuat kegiatan di tambak delapan kilometer dari sini. Tiga di antaranya kulit putih," kata Wak Syafei.
Sementara Zia mengganti baju Farid dari baju yang sepantarannya di pemukiman itu.
"Ooi, nggak di Bumi, nggak di planet lain, ada pengacau bule," Raya gusar.
"Mungkin nggak, ada manusia dari koloni lain sudah kontak dengan manusia di Kuantum XX dan itu berhubungan dengan Ikan QQ. Ini komplotan besar, ada pengusaha di Nusantara yang menemukan pasar?" tanya Bagus.
"Cakep pertanyaannya, kalau Kuantum X saja bisa, mengapa tidak dari koloni planet lain?" ujar Kapten Daud.
"Siapa pemilik tambak itu?" tanya Raya pada Cynthia.
"Joshua Kwik dan pertnernya Badillah Usman. Mereka punya kapal untuk mengangkut bibit dari ikan QQ dan membudidayakannya di tambak itu. Legal," jawab Cynthia.