"Seminggu lalu Pak kwik dan Pak Badillah masih bertemu kami. Dia memperkenalkan calon buyernya bernama Jan Pieter Van de Bosch yang dibawa oleh seorang berbahasa kita bernama Mujitaba. Tapi mereka bertengkar di aula. Lalu kembali ke tambak dan menghilang," terang Syafei masih ketakutan.
"Mujitaba, dari kelompok Lanun Hitam? Kamu nggak tahu dia pimpinan penjahat?"
Syafei menggeleng.
"Ada orang lain yang tahu soal pertemuan mereka?"
"Nahkoda kapal pinisi yang tadi pagi bertolak ke Tanjung Jakarta, Bapak Arif Zainuddin, mantan nahkoda kapalnya," jawab Syafei.
"Ini sudah kriminal besar Kapten. Ini komplotan yang tidak ingin  pemerintah Nusantara tahu dan melakukan apa saja untuk melindungi bisnis kotor mereka," kata Raya.
"Banyak korban. Aku kontak Tanjung Jakarta. Aku menyesalkan Arif tidak segera melapor. Atau dia tidak menyangka," kata Cynthia.
Pukul 11 siang bantuan dari Tanjung Jakarta datang dengan kapal cepat, sebanyak tiga peleton tentara bersenjata lengkap. Gubernur Benyamin Hamid ikut ke lokasi didampingi komandan Tanjung Jakarta Komodor Yasin.
Dua peleton menyisir ke pulau dengan jip dan sepeda motor. Satu peleton menjaga dermaga, memperkuat pemukiman.
"Satu prajurit gugur Dan, satu luka-luka. Kami Juga menemukan satu prajurit dalam tubuh hangus di atas menara dan dua lagi di pemukiman," lapor Daud.
Gubernur datang bersama dua orang ahli zoologi laut memeriksa tubuh mahluk yang tak bernama itu. Mereka menggeleng kepala.