Dua :Â Petaka Pulau Cendani
Wisma Pitung terletak di pinggir laut. Konon didesain sesuai aslinya sewaktu masih ada di Bumi. Hanya saja ukuran bangunan rumah panggung dari kayu ini lebih besar 80 x 10 meter, sementara aslinya 40 x 6 meter. Nyaris dua kali lipat. Salah satu tempat penginapan bagi tamu antar pulau yang jaraknya jauh dari Tanjung Jakarta. Di situ ada dermaga. Ada berapa kapal bersendar.
Bagus satu kamar dengan istrinya Purbaendah. Raya bersahabat sahabatnya Cynthia di kamar kedua, Mak Eti, dan Maurizia di kamar ketiga, Serda Reda, Letnan Robin dan Made dalam satu kamar, Jumhana dan Baraya karena merasa tentara satu kamar dengan Kapten Daud. Tidur di lantai tidak mengapa, asal ramai-ramai. Bahkan ada yang tidur di balkon dengan kasur dengan angin laut. Aku Kanaya tetap dengan  Yura, tentunya dan Kang Atep Firman menggerutu dia tidur sendiri.Â
Pada waktu makan malam kami melihat bulan yang cukup besar, namun masih tiga perempat. Kata Kak Raya, ukuran bulan lebih besar dari yang jadi satelit bumi, tapi jaraknya jauh. Â Namun tetap berpengaruh pada pasang surut lau, terutama saat purnama. Kami makan malam di pantai. Otoritas menyuguhkan hiburan musik kroncong dengan lima musisi. Selain kami Kak Cynthia dan Kapten Daud, ada enam tamu lain.
Di antaranya seorang yang mengaku dari planet Kuantum  X, koloni manusia yang dipelopori Jepang dan ada sebagian orang Indonesia yang ikut. Dinamakan Kuantum, karena dalam satu gugus Kuantum yang terdiri dari 20 planet, tapi hanya dua yang bisa dihuni, yaitu ke 10 dan 20. Jepang dan Indonesia bekerja sama meneliti kedua planet ini dulu. Â
Hanya saja kebanyakan orang Indonesia lebih tertarik mendiami planet yang didominasi air laut, sementara orang Jepang yang banyak daratan pegunungan dengan jutaan danau kecil dan sungai yang mengalir ke satu-satunya lautan.Â
Nama duta ini Kunihiro Yamashita. Dia diutus berapa minggu lalu karena hasil jerih payah Raya dan timnya sepuluh tahun silam. Walau sama-sama berangkat bersama, tapi baru berapa tahun terakhir ini saling mengunjungi.Â
Kunihiro ini berusia 25 tahun, seorang insinyur yang tinggal di kota yang menamakan dirinya Harajuku. Pendirinya dulu memisahkan dari sembilan koloni lainnya, membuat kota kecil dengan spesialisasi seni. Pusat kotanya Tokyo Hawei, artinya Tokyo yang damai.
Kunihiro dan Atep cepat karib karena menurut Atep ada nama pemain Persib menurut perpustakaan bernama itu. Klop, Kunihiro ini suka sepak bola. Akhirnya mereka satu kamar bertukar cerita soal sepak bola di planet masing-masing.
Kunihiro juga menyapa Yura karena wajahnya mirip Jepang. Yura bercerita moyangnya ada yang ikut eksodus ke Kuantum 10 bernama Keiko. Entah apa keturunannya. Akhirnya Kak Raya setuju menjadikan Kuantum X sebagai kunjungan berikutnya.