Yura kemudian melarikan serdadu yang terluka itu, sementara Zia dan Kanaya menghadang dengan menembak bertubi-tubi dari ketinggian dua meter dari tanah memberi kesempatan bagi tentara untuk mundur dengan motor dan jip.
"Kami mulai kehabisan peluru, dua mahluk lagi sudah binasa, masih ada lagi!" Â seru seorang serdadu.
Tepat sebelum berapa peluru terakhir ada yang melayang dari atas Manuk Dadali kecil menembakan peluru-peluru api besar, sejumlah mahluk hancur sekalian.
'Made dan Robin datang!" Raya beteriak histeris.
Komodor Jasin tercengang. "Ya, mereka saya kasih tahu tadi."
Kanaya dan Yura pun segera mundur. Mahluk yang mengejar dihajar dari atas, lokasi itu sudah penuh serpihan tubuh mahluk dan tubuh manusia darah merah bercampur lendir hijau.
Dari perut Manuk Dadali kecil keluar sepeda terbang juga dikendarai Jumhana menyambar seorang prajurit yang terluka. Kemudian bersama-sama meninggalkan lokasi. Manuk Dadali dari atas terus menembak bertubi-tubi menghancurkan sebanyak mungkin mahluk.
Dari video virtual yang dikirim ke Bagus diperlihatkan sejumlah mahluk kembali ke laut. Apalagi dua V-Cakrawala muncul membom lokasi itu.
Pabrik itu ikut terbakar.
Manuk Dadali dan V-Cakrawala kembali ke Teluk Jakarta. Komodor Yasin dan Kapten Daud memberi hormat. Bagus melihat asap membumbung dari kejauhan pulau yang lebarnya lima belas kilometer itu tandanya api begitu besar.
Lima belas menit kemudian Zia, Kanaya dan Yura yang membawa seorang serdadu yang patah kakinya kembali dengan tepuk tangan. Serdadu itu langsung ditolong. Namanya Pelda Yogi Braja disalami Komodor Yasin. "Kau berhutang nyawa tampaknya dengan gadis itu!"