Kanaya dan Yura juga menggunakan sepedanya menelusuri jalan yang dibuat dari kayu dengan pasir di sisinya terdapat banyak pohon kelapa. Purbaendah juga menyiapkan cambuk apinya.
"Kalau ada masalah seharusnya mereka kasih tahu? Ada stasiun Radio di sini dan menara pemancar?" ucap Kapten Daud. "Berarti bukan kapal tadi saja diserang. Pantas tak ada bantuan."
Dia menunjuk menara pengawas yang tingginya lima meter dan ada orang yang hangus di atas.
"Wah, itu perbuatan manusia juga, tetapi juga bisa alien," tambah Kapten Daud.
Kunihiro dan Sari Okano mengeluarkan pedang katananya. Raya melihatnya. Tadinya hanya seperti tongkat sepanjang satu meter. Tetapi setelah memencet satu tombol keluar logam yang  berpijar di pinggirnya juga sepanjang satu meter. Pijaran berwarna kuning keputihan itu bersuhu ribuan derajat celcius hingga bisa menebas logam setebal apa pun.
"Itu senjata kalian ya?" tanya Atep.
"Mempertahankan tradisi," jawab Sari pendek.
Satu robot Lutung Kasarung juga bersiap dengan senjata high voltase yang disandangnya. Bagus memerintahkannya memanjat pohon kelapa dan memberi peta virtual situasi sekitar dermaga. Robot itu memanjat dan peta tersaji. Ada sejumlah manusia digambarkan dengan biru dikejar tiga sosok yang ditandai dengan cahaya merah.
"Terima kasih kawan. Biru manusia ya? Yang merah bukan, pasti?"
Mereka menyebar di antara pohon-pohon kelapa. Tak berapa lama kemudian belasan warga berlarian menuju mereka. Ada ibu yang menggendong anak.
"Pak, ada mahluk jahat di belakang. Mereka sudah membunuh tiga warga," teriak seorang ibu.