Di belakang warga tiga mahluk berwarna oranye keputihan seperti udang, tetapi memiliki sepuluh kaki dan mulut lebar dengan dua capit di samping kepalanya. Bagian dada dan kepala mahluk beruas lima itu bisa tegak setinggi tiga meter.
Kunihoro yang ada di depan mampu menebas satu kaki yang berfungsi sebagai tangan sedang memegang seorang bayi untuk diberi ke capitnya. Kaki itu putus ketika pedang itu melewatinya, sepertinya mentega terkena besi panas.Â
Dari potongan itu cairan kental hijau tua muncrat . Bayi itu jatuh disambar oleh Kanaya sambil menembakan pistol high voltasenya ke dagu mahluk itu yang membuatnya tersentak. Lalu Kanaya menjauh dan memberikan bayi itu pada seorang ibu yang memang kehilangannya.
"Terima kasih," ucap ibu itu.
Tembakan Kanaya membuat lubang di dagu dan cairan hijau berceceran. Kulitnya kelihatannya tebal hingga dia tidak mati, tetapi tembakan itu membuat luka. Mahluk itu berteriak mengerikan dan mencoba mencapit Kunihiro, tetapi Atep menembak tepat di mulutnya dan cairan kental hijau menyembur mengenai pohon kelapa.
Mahluk itu menghantamkan ekornya berbentuk tiga tanduk runcing membuat Kunihiro terlempar, tapi masih memegang katananya. Dan menghujamkannya di bagian ekor dan mengeluarkan lagi. Bagian ekornya berlubang dari atas hingga bawah. Mahluk itu kesakitan bergerak liar dan menghantam pohon kelapa hingga tumbang.
Yura menembak tepat di lehernya dan membuat lubang, mahluk itu belum mati juga, dia jatuh menggelepar dan Kunihoro melompat ke atas kepalanya dan menghujamkan katananya. Mahluk itu mati dengan jeritan keras.
Sementara mahluk kedua menewaskan seorang tentara dengan capitnya yang keras. Tembakan peluru yang didorong api membuat banyak luka ditubuhnya. Purbaendah dengan berani mencambuk apinya dan satu capit putus dengan cairan kental hijau keluar dan sebuah matanya pecah.
Seorang tentara terlempar ke pohon kelapa. Tangannya patah karena mahluk itu meronta. Yura dan Zia serentak menembak dan masing-masing membuat satu kaki putus. Bagus menembakan high voltase ke mulut mahluk itu bertubi-tubi dan kepalanya hancur dengan cairan hijau berhamburan. Mahluk kedua mati.
Mahluk ketiga ditembak bertubi-tubi oleh Serda Reda, Kapten Daud dan sejumlah tentara dan Robot Lutung Kasarung dari atas pohon. Mendapat tembakan gencar mahluk itu kewalahan dan akhirnya mati karena terlalu banyak luka. Cairan hijau membasahi pasir dan sejumlah pohon kelapa.
"Kalian beri nama apa mahluk ini? Yu Kangkang atau Yu Lobster?" celetuk Bagus.