Wanita muda dengan wajah tertutup bantal berhenti bergerak. Belati yang terhunjam ke dada kiri melepas perlawanan, sekaligus melepas nyawanya.
Orang bertopeng meninggalkan belati di dada jasad itu, berlalu dan menghilang di balik tanaman di samping rumah.
Hadi menatap hening permukaan sungai, gelap hanya sesekali cahaya sorot dari lampu kendaraan yang bisa memberi tahu bahwa malam ini, adalah malam kesekian yang teramat berat baginya.
Dering pesan masuk di ponsel di balik jaket hitamnya, memaksa Hadi untuk menghentikan lamunan.
“Dua wanita muda lagi, Hadi. Dan kau tidak akan melihat berita kematian anakmu.”
Dua kalimat, dan itu cukup untuk membakar dada Hadi.
“Jahanam…!”
Hadi tiada pernah menyangka kisruh skandal keluarga besarnya akan dimanfaatkan seseorang demi pangkat dan jabatan yang lebih tinggi. Tidak, Hadi belum tahu kenyataan yang sesungguhnya.
Kamal tersenyum menang, kilat di kedua bola mata begitu liar. Kembali memasukkan ponsel ke kantung celana dinas kepolisiannya. Ia melangkah menuruni undakan anak tangga.