Langkah Hadi tertahan. Hanya sesaat sebelum meneruskan langkahnya. Mungkin wanita tua itu memang sudah buta, pikirnya.
Di salah satu kamar, Nunik—31 tahun—mengawasi keadaan. Mengumpat kecerobohannya menendang kaleng cat, menumpahkan isinya, hingga permukaan lantai berlapis ambal biru terang memerah.
“Jahanam… aku harus mendapatkan benda itu!”
***
Rabu, jam 3.30 – sore.
Di kantor Kepolisian. Kamal—37 tahun—mematung lama memandangi gerimis dari jendela. Di tangan, masih menggenggam ponsel, ibu jari bermain-main mesra di layarnya, tanpa perhatian.
“Permisi, Ndan,” Jamil datang menghadap.
“Haa, Jamil. Kamu pastikan detail pembunuhan berantai wanita muda itu,“ Kamal menyerahkan map tebal kepada Jamil, lantas melangkah ke arah pintu. “Dan satu lagi—“ kembali Kamal membalikkan tubuh. “Paling tidak, besok pagi sudah ada di mejaku. Kau mengerti?”