***
Jumat, jam 4.00 – dini hari.
Bruakkk.
Tubuh molek dengan pakaian serbaminim tergolek lemah di samping sebuah tempat sampah kuning persegi.
Orang bertopeng lari menjauhi korban kedelapan tersebut. Terus berlari masuk gang keluar gang, hingga di satu tempat ia menghentikan larinya. Melepas topeng yang sedari tadi ia kenakan. Terengah-engah, ia bersandar ke pipa-pipa besi pembatas tepian sungai.
Hadi. Melepas pakaian terluar, menyapu percikan darah yang mengotori beberapa sisi tubuhnya. Dan membuang baju itu ke dalam sungai.
Hadi melepaskan emosi diri pada tembok pembatas, meraung panjang dan lantas berlutut. Andai saja ia tidak menyayangi anak semata wayangnya… tentu membunuh gadis-gadis muda tersebut bukanlah pekerjaan yang dengan sukarela ia lakukan.
Delapan gadis telah ia bunuh. Dari gadis baik-baik sampai gadis-gadis nakal yang suka merusak rumah tangga orang lain.
“Arrgg… sampai kapan ini akan berakhir? Tuhan…”
Lagi-lagi dering pesan masuk di ponselnya membuyarkan “keheningan” Hadi.