“Jahanam, terkutuk kau, cuiih…”
Kamal meradang, ludah menjijikkan menempel telak di wajahnya. Tangannya melayang memaksa Nito terbungkuk, disusul tendangan keras ke punggung pemuda tersebut.
Braakk…
Nito tersungkur menabrak tumpukan peti usang. Kamal menginjak kuat pinggangnya. Puas menyiksa, Kamal menyeret kaki pemuda tersebut meninggalkan ruang bawah tanah.
“Cukup sampai di situ!”
Kamal sempat gugup, tidak menyangka bawahannya—Jamil dan seorang lagi—memergoki apa yang tengah ia perbuat.
“Jadi… kau sudah tahu, ya, Jamil.”
“Jangan pikir saya bodoh, Komandan!” kata terakhir penuh penekanan.
Kamal mendengus, melepaskan kaki Nito. “Persetan dengan kalian…”
Dorr