Salah satu tokoh yang dianggap berjasa untuk meletakkan dasar tentang bermain adalah seorang filsuf Yunani yang bernama Plato.
Plato berpendapat  bahwa anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatika dengan cara membagikan apel kepada anak-anak. Juga melalui pemberian alat permainan miniatur balok-balok kepada anak usia tiga tahun pada akhirnya akan mengantar anak tersebut menjadi seorang ahli bangunan.
Filsuf lainnya, Aristoteles berpendapat bahwa anak-anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan mereka tekuni di masa dewasa nanti. Â
Kemudian dipertegas lagi oleh Frbel, seorang filosuf di abad 18, dia lebih menekankan pentingnya bermain dalam belajar karena berdasarkan pengalamannya sebagai guru, dia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta mengembangkan perhatian mereka.
Jadi Plato, Aristoteles, Frbel, menganggap bermain sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak (Tedjasaputra, 2005).
Jean Pieget juga menyadari bahwa peranan praktek dan konsolidasi melalui bermain sangat penting, karaena keterampilan yang baru diperoleh akan segera hilang jika tidak dipraktekkan dan dikonsolidasikan.Â
Senada dengan pernyataan Pieget, Vygotsky mengungkapkan bahwa anak kecil tidak mampu berpikir abstrak, bagi mereka meaning (makna) dan obyek berbaur jadi satu. Jadi bermain simbolik mempunyai peranan penting dan krusial dalam perkembangan berpikir abstrak (dalam Tedjasaputra, 2005).
Banyak konsep dasar yang dipelajari atau diperoleh anak prasekolah melalui bermain. Perlu diingat bahwa pada usia prasekolah anak diharapkan menguasai konsep sebagai landasan untuk mempelajari ilmu pengetahuan baik menulis, bahasa, matematika dan ilmu-ilmu yang lain.Â
Pengetahuan akan konsep-konsep akan jauh lebih mudah diperoleh melalui kegiatan bermain. Anak usia prasekolah mempunyai rentang perhatian yang terbatas dan masih sulit diatur atau masih sulit belajar dengan "serius". Tetapi bila pengenalan konsep-konsep tersebut dilakukan sambil bermain, maka anak akan merasa senang, dan tanpa disadari ternyata ia sudah banyak belajar.
Konsep Pembelajaran Sains
Keingintahuan adalah sifat dasar anak-anak yang perlu di pupuk. Memupuk dan membina rasa ingin tahu anak-anak ini adalah kunci pembelajaran sains pada tingkatan pendidikan prasekolah. Tujuan pendidikan sains pada peringkat awal ini adalah memupuk dan membina minat dan kegemaran anak-anak supaya terus mengamati dan mencari penjelasan terhadap fenomena yang ada dalam kehidupan mereka sehari-hari (Carin, 1993).Â