Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penderitaan sebagai Inti Eksistensi

18 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 18 Desember 2024   19:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penderitaan yang dialami oleh seorang Muslim dapat memperbaiki hubungannya dengan Allah. Ketika seorang hamba merasa terpuruk dalam penderitaan, ia cenderung lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui doa, zikir, dan amal baik. Dengan demikian, penderitaan menjadi sarana untuk memperdalam hubungan spiritual seseorang dengan Tuhan dan untuk memperoleh kebahagiaan abadi di akhirat.

3. Penderitaan sebagai Pembalasan atau Penghapus Dosa

Salah satu konsep utama dalam Islam adalah bahwa penderitaan dapat berfungsi sebagai cara untuk menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

"Apa saja musibah yang menimpa kalian, maka itu adalah akibat dari apa yang telah kalian kerjakan dengan tangan kalian sendiri, dan Allah mengampuni sebagian besar dari dosa-dosa kalian." (QS. Asy-Syura, 42:30)

Ayat ini menunjukkan bahwa penderitaan yang dialami manusia adalah akibat dari perbuatan mereka sendiri, namun di sisi lain, penderitaan tersebut juga merupakan cara Allah untuk membersihkan mereka dari dosa-dosa. Dalam hadis lain, Nabi Muhammad saw. menyatakan:

"Tidak ada musibah yang menimpa seorang Muslim, baik itu berupa penderitaan fisik, emosional, atau kesulitan hidup lainnya, kecuali Allah menghapuskan sebagian dosanya dengan musibah tersebut." (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, dalam Islam, penderitaan yang dialami oleh umat manusia bukanlah tanpa makna. Penderitaan tersebut merupakan bagian dari proses pembersihan jiwa dan pengampunan dosa. Ketika seseorang menerima penderitaan dengan sabar dan ikhlas, dia bukan hanya memperbaiki dirinya, tetapi juga mendapatkan pahala dari Allah, yang akan membawa pada kebahagiaan sejati di akhirat.

4. Penderitaan dan Konsep Takdir

Islam memandang takdir sebagai bagian dari ketentuan Allah yang tidak dapat diubah oleh manusia. Penderitaan, dalam hal ini, merupakan bagian dari takdir hidup yang telah ditentukan oleh Allah. Konsep takdir ini dikenal dengan istilah qada (ketentuan Tuhan) dan qadar (takdir yang telah ditentukan). Dalam Surah At-Tawbah, Allah berfirman:

"Katakanlah: Tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah ditentukan Allah bagi kami; Dia-lah Pelindung kami. Dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman bertawakkul." (QS. At-Tawbah, 9:51)

Ayat ini mengajarkan bahwa penderitaan, baik yang datang dalam bentuk musibah atau kesulitan, adalah bagian dari takdir yang sudah ditentukan oleh Allah. Sebagai umat yang beriman, kita harus menerima takdir ini dengan penuh ketenangan dan keyakinan bahwa setiap ujian yang diberikan kepada kita memiliki hikmah dan tujuan tertentu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun