Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penderitaan sebagai Inti Eksistensi

18 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 18 Desember 2024   19:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan ini mencerminkan pandangan Buddhisme bahwa penderitaan mencakup seluruh aspek kehidupan, baik fisik maupun emosional, yang berakar pada sifat sementara (anicca) dan tidak adanya inti diri yang kekal (anatta).

2. Akar Penderitaan: Trisna dan Kebodohan

Buddhisme mengidentifikasi akar penderitaan melalui Empat Kebenaran Mulia:

Kebenaran tentang Dukkha: Penderitaan adalah bagian dari kehidupan.

Kebenaran tentang Sebab Dukkha: Penderitaan berasal dari keinginan atau hasrat (trisna), yang diperkuat oleh ketidaktahuan (avidya).

Kebenaran tentang Akhir Dukkha: Penderitaan dapat diatasi dengan memadamkan hasrat dan ketidaktahuan.

Kebenaran tentang Jalan Menuju Akhir Dukkha: Jalan berunsur delapan (Ariya Atthangika Magga) adalah panduan praktis untuk mengatasi penderitaan.

Menurut Buddhisme, penderitaan bersumber dari trisna, keinginan untuk memiliki, menjadi, atau tidak menjadi sesuatu. Keinginan ini muncul karena avidya, kebodohan yang menyebabkan manusia terikat pada ilusi bahwa kebahagiaan sejati dapat ditemukan di dunia yang sementara.

3. Dimensi Filosofis: Karma dan Samsara

Buddhisme memandang penderitaan dalam konteks kosmis melalui konsep karma dan samsara.

Karma: Penderitaan sering kali dipahami sebagai hasil dari tindakan masa lalu, yang mencerminkan prinsip sebab-akibat moral. Tindakan negatif, baik fisik, verbal, maupun mental, menghasilkan penderitaan di masa depan, sementara tindakan positif menghasilkan kebahagiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun