Pernyataan ini mencerminkan pandangan Buddhisme bahwa penderitaan mencakup seluruh aspek kehidupan, baik fisik maupun emosional, yang berakar pada sifat sementara (anicca) dan tidak adanya inti diri yang kekal (anatta).
2. Akar Penderitaan: Trisna dan Kebodohan
Buddhisme mengidentifikasi akar penderitaan melalui Empat Kebenaran Mulia:
Kebenaran tentang Dukkha: Penderitaan adalah bagian dari kehidupan.
Kebenaran tentang Sebab Dukkha: Penderitaan berasal dari keinginan atau hasrat (trisna), yang diperkuat oleh ketidaktahuan (avidya).
Kebenaran tentang Akhir Dukkha: Penderitaan dapat diatasi dengan memadamkan hasrat dan ketidaktahuan.
Kebenaran tentang Jalan Menuju Akhir Dukkha: Jalan berunsur delapan (Ariya Atthangika Magga) adalah panduan praktis untuk mengatasi penderitaan.
Menurut Buddhisme, penderitaan bersumber dari trisna, keinginan untuk memiliki, menjadi, atau tidak menjadi sesuatu. Keinginan ini muncul karena avidya, kebodohan yang menyebabkan manusia terikat pada ilusi bahwa kebahagiaan sejati dapat ditemukan di dunia yang sementara.
3. Dimensi Filosofis: Karma dan Samsara
Buddhisme memandang penderitaan dalam konteks kosmis melalui konsep karma dan samsara.
Karma: Penderitaan sering kali dipahami sebagai hasil dari tindakan masa lalu, yang mencerminkan prinsip sebab-akibat moral. Tindakan negatif, baik fisik, verbal, maupun mental, menghasilkan penderitaan di masa depan, sementara tindakan positif menghasilkan kebahagiaan.