Mohon tunggu...
Alifito Rachmaya
Alifito Rachmaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 2 | SMAN 1 Padalarang

Alifito Rachmaya XII MIPA 2 SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pretty Day/ie

1 Maret 2022   18:08 Diperbarui: 1 Maret 2022   19:30 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "APAKAH KAU MARAH? APAKAH KAU TIDAK AKAN MARAH?!?! LIHAT TEMANMU INI BAHKAN HINGGA MATIPUN IA TETAP KU HANCURKAN TUBUHNYA!"

            Setelah mengetahui benar itu adalah temanku, amarahku kian memanas semakin tinggi, aku harus berpikir bagaimana cara melawannya, kulihat sebuah tali yang tergeletak bekas kakiku di ikat. Jika dilihat peluangku menang adalah sangat minim, tanganku masih terikat dengan tali, sungguh aku sangat sial. Sepertinya aku harus menunggu momentum untuk melakukannya. Aku memperhatikannya, ia terus menusuk nusuk pisaunya semakin lama semakin kuat dan ketika ia mengerahkan yang sangat keras, aku segera menghampirinya dan langsung menabrakan badanku ke arahnya.

            BRAKKK...

            Rencanaku berhasil, pisau yang menancap semakin dalam membuatnya butuh waktu sedikit lebih lama menariknya. Sebenarnya rencana ini tidak berhasil sepenuhnya, aku terkena sayatan pisau dekat punggungku. Perih... tapi harus kutahan, aku berlari menghampirinya ketika ia masih terjatuh dan menendang tepat bagian dagunya ketika ia hendak bangun. Aww... sepertinya sangat keras dan sakit tapi tidak sesakit temanku yang dibunuh itu, kini ia tidak sadarkan diri tergeletak dilantai. Ia bergerak sedikit saja, kutendang kembali badannya hingga tak bergerak. Sadis...

            Ku ambil pisau itu dan cepat cepat kulepaskan ikat taliku dan melepaskan juga perban dimulutku, aku menghela nafas dalam dalam dan akhh... bau darah malah makin tercium, seketika ku teringat untuk menghampiri mayat itu dan setelah kuperhatikan wajah ini memang benar temanku! Dia IBNU!!! Sungguh aku merasa bersalah sekali membiarkan tubuhnya dijadikan pengorbanan untuk menyelamatkan diri. Segera aku berjalan menghampiri tubuh yang lain dan ternyata mereka semua memang benar teman sekelasku, hanya saja disini hanya ada laki laki dan tidak ada orang lain selain dari anak anak kelas.

            "Dengan diriku berarti ada 6 orang yang masih selamat, sisanya ntah kemana, huft... bagaimana cara membangunkan mereka? Dan bagaimana jika ada orang lain seperti pria itu disini!" Aku menepuk nepuk pipi mereka mencoba untuk membangunkan.

            "Akhirnya..." air mataku berlinang, akhirnya dari mereka mulai terbangun satu per satu.

            Mereka tersadar dan mulai menanyakan apa yang terjadi, aku menjelaskan kepada mereka secara perlahan tetapi singkat karena tidak ada waktu untuk menceritakan panjang lebar. Mereka tentu saja terkejut dan ingin berteriak dengan kondisi yang saat ini terjadi. Mereka adalah Azhar, Azfa, Fabian, Nabil dan Danu.

            "Udah lah mati ini mah, kita pasti bakal mati, aku gak mau mati heu...heu..." tangisan danu tak berhenti, ia mulai pasrah akan keadaan tapi kita berlima menegaskan dan keras untuk mencoba bertahan hidup dan keluar dari tempat ini.

            "Asiiik euy, survive nih bil survive!!!" Semangat azhar tak terpatahkan, ia bisa bisanya tak takut dengan kondisi seperti ini, "Ehh ini euy biang keroknya, ayo pukulin euy!!!" Azhar berjalan  ke pria dewasa itu dan menginjak nginjaknya hingga babak belur.

            "Sebaiknya kita ikat aja pria itu bahkan lebih baik jika kita gantung juga dia." Ide seorang Azfa tersalurkan dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun