Â
      "Ung! Az!" seseorang memanggil kami dengan sangat keras, suara ini benar benar tidak asing bagi kami.
      "Oi Bil!Jay! untunglah kalian selamat." Aku bertemu dengan Azhar juga Nabil, mereka berdua juga pasti penasaran dengan suara ini.
      "SIAPAPUN!TOLONG!"
      Suaranya semakin dekat! Kami berjalan tak lama dan sudah melihat sebuah kejadian yang kurang mengenakkan, kini dihadapan kami, kami melihat anak anak perempuan beserta satu pria yang mengejar aku dengan Azfa, satu dari teman kami sudah ada yang bergeletak tewas.
      "SIAL!" aku memukul tembok keras, "Kita harus segera menolong mereka." aku mencoba memikirkan strategi dengan cepat dan aku langsung menyampaikan kepada mereka. "...Dan luna kamu..." ketika aku melihat kebelakang dan ingin menyampaikan tugas Luna, ternyata Luna sudah tidak ada dibelakangku.
      "Siapa Luna? Apakah dia wanita yang berjalan ke arah pria itu?" Nabil menunjukkan Luna yang sedang berjalan ke arah Pria itu. Aku terkejut dan langsung memerintahkan yang lain sesuai rencana.
      Rencana kami gagal! Gagal total!!! Luna sudah membereskan pria itu sendiri, Pria itu bahkan ketakutan ketika melihat Luna, ia hanya mundur dan dihabisi oleh Luna dengan sebuah tongkat kayu. Ini tidak seperti Luna yang tadi kami lihat, Baju putihnya yang bersih sudah dinodai darah. Pria itu ketika hendak dipukuli ia berkata sesuatu "Kenapa kamu ada disini!" aku tidak mengerti apa yang dia maksud dan kenapa pria itu ketakutan dengan keberadaan Luna.
       "AAAAAAAA!!! JANGAN BUNUH KAMI! KAMI MOHON!" anak anak perempuan berteriak sangat keras, mereka juga sangat takut dengan keberadaan Luna, kami berempat menghampiri mereka dan kami bertanya tanya kenapa mereka ketakutan.
      "JANGAN DEKATI DIA! DIA YANG SUDAH MEMBUNUH YANG LAIN! PAPAP, AUL, PEPEN, SARAH, SUSI, SUNI, IYU,YASIFA, ANANTA BAHKAN BU NIA DAN BU FANNY TEWAS DI TANGANNYA!!!" Sasa berteriak keras, suaranya terus bergetar ketika berbicara, perempuan yang lain langsung berlari kearah kami berempat dan berdiri dibelakang kami.
      Kami berempat diam mematung, kami tak percaya apa yang sudah dikatakan Sasa, kenyataan yang sangat menyakitkan... apalagi Fabian, tak disangka ia tewas, berarti ia tewas ketika menolong anak anak perempuan ini.