“Itu kasih sayang dari –Nya, Ci...” jawab Sa cepat.
“Kalau orang yang dituntut untuk selalu melakukan yang terbaik sekuat tekad?” kali ini Ben yang bertanya.
“Itu juga sebenarnya hanya anjuran untuk lebih cinta dan menghargai diri sendiri, Ben...”
Ci: ?
Ben: ...? ...?
Sa: :-D
“Ini masalah pemahaman doank koq, Ben... Ci...” ucap Sa lagi sambil tersenyum, yang lantas melanjutkan dengan kalimat yang tak jauh berbeda.
“Lihat saja fadhilah shalat dan puasa, yang katanya dituntut untuk dilakukan seorang hamba, dari aspek kesehatan, misalnya. Seperti saat bersujud dimana darah mengalir ke bagian tertentu otak yang memang membutuhkannya…Atau gerakan-gerakan lainnya seperti rukuk yang merangsang tulang ekor, sulbi dan leher sekaligus ketenangan jiwa dengan ratanya punggung saat rukuk dan sebagainya… Sementara melakukan yang terbaik lebih kepada peringatan untuk semakin mencintai dan kian menghargai diri sebagai makhluk terbaik di antara ciptaan –Nya.”
“Lho...? Berarti ketika Ben menuntut Ci memberi komen pada naskah khususnya, harus dipahami bahwa Ben sebenarnya menghargai Ci agar lebih bisa menghargai kemampuan diri sendiri, dong? Juga salah satu bentuk sayangnya Ben agar Ci mampu memberi perhatian lebih kepada poin utama dalam bentuk pertanyaan, hingga kelak dapat Ci terapkan untuk kegiatan selain tulisan gitu, Sa...?” tanya Ci panjang dan riuh seperti kicau ribuan burung hutan yang bersiul berbarengan, yang seketika membuat Ben terpucat-pucat karena jengah dan malu.