Ci kembali mengangguk.
“Woiii...! Saudare-saudare...! I’m really-really sorry, Neh...! But the show must go on! Swear! So... Can we talk about our business ?! Now...?!” serobot Ben dengan pura-pura galak.
“Okay, Ben, never mind,” ucap Ajo.
“No hay de que, Ben,” sambung Ci, kali ini berspanyol ria.
“Kita duduk di teko aja, yuk...” ajak Ajo, yang langsung membuat Ben dan Ci saling pandang dengan benak penuh tanda tanya. Dikiranya kita-kita sebangsa jin, apa...?
“Maksud Ajo di Teater Kolam,” jelas Ajo sambil membawa mereka ke teathernya anak sastra yang kini tinggal kenangan itu.
Ben : Ooh... (sambil garuk-garuk kepala).
Ci : Ooh... (sambil pegang-pegang hidungnya sendiri yang agak pesek :-D).
“Udah, buruan... nanti keburu panas,” lanjut Ajo lagi.
“Duduk di panci aja, gimana...?” canda Ben.
“Di penggorengan...” tawa Cici.