Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Love in Dumay: Cinta yang Menyentak

26 Juli 2015   09:06 Diperbarui: 1 April 2017   08:57 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Jangan macam-macam, Ben,” ucap Sa sambil tersenyum samar, yang membuat Ben ngakak pelan karena memang mereka berdua seringkali dengan cara yang aneh seakan bisa menyelami yang ada di pikiran masing-masing.

“Ada apa nih, Ben? Ci?” tanya Sa masih dengan tersenyum samar.

“Oh, ini Sa... Si Ci diajakin sharing, eh malah bawel banget nanya campur nuduh kalo Ben tuh banyak ngatur dan nuntut sekarang. Coba deh Sa share sedikit tentang ‘tuntutan’ sama kita berdua,” ucap Ben sambil dengan cuek mencabut rumput dan menggigit-gigit ujungnya. Sekilas terlihat merah jambu di wajah Ci yang –ga tau kenapa- menunduk dengan amat mendadak itu.

“Oh, gitu, Ben...”

Hah! Koq diksinya Sa agak mirip sama yang biasa digunakan Ci, sih?

“Sebelum ngobrol, ada baiknya kita ganti settingan foto sampulnya dulu, okay...” ucap Sa lagi sambil tangannya langsung memencet-mencet beberapa tombol dan kenop. Dan... Wuzzz...! Tahu-tahu pemandangan gunung dan lembah hilang, berubah menjadi suasana pinggir kali yang agak berkabut, dengan bunga azaleas dan rhododendron kecil-kecil yang semarak penuh warna merah, kuning, putih dan ungu di kiri-kanan sungai yang mengular itu, mengingatkan Ben pada salah satu adegan komik Si Buta dari Gua Hantu episode Bukit Tinombala-nya yang keren sekali.

Tapi begitu Ben lihat wajah Ci, Ben segera tersadar. Secepat kilat Ben rubah kembali settingan hingga menjadi suasana taman indah di kota besar yang terang dan tak terlalu sepi, lengkap dengan gazebo dan air mancurnya. Sebab Ben tahu bahwa Ci ga suka kegelapan. Sebab Ben pernah mengajarkan kepada Ci bahwa segala sesuatu selalu berpasangan, seperti suasana indah tadi yang serta merta berubah gelap nan menyeramkan saat malam tiba. Dan Ben pernah berkata untuk sebisa mungkin memberikan terang kepada Ci tanpa gelap setitikpun, sekuat mampu Ben.

“Gimana tentang tuntutan, Sa?” ucap Ben mengingatkan, yang langsung dijawab oleh Sa dengan adem.

“Dalam hidup tak pernah ada yang namanya tuntutan, Ben...”

Ben dan Ci saling melirik sejenak, dengan pandangan yang menyatakan ketidak setujuan atas ucapan Sa.

“Bagaimana dengan seorang hamba yang dituntut untuk beribadah kepada Tuhannya?” tanya Ci langsung.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun