“Ben cuma ingin memancingnya saja, Ci,” jawab Ben juga dengan dengung nyamuk yang sama.
Memang tak salah ucapan para cendekia bijak itu bahwa keberuntungan, adalah ketika kesempatan, bertemu dengan kesiapan. Seperti pinokio gondrong yang ada di hadapan Ben yang sekarang ini, misalnya.
Ben kenal dia sejak masih menjadi sampah. Dan setelah dia memiliki kesempatan bertemu Mulan, dia terus ‘dilatih’ untuk selalu memiliki kesiapan, hingga berhasil menjadi orang yang selalu siap saat kesempatan datang, yang seketika menjadikannya sebagai figur yang ‘terlihat’ selalu beruntung. Menjadi seseorang yang benar-benar selalu mampu untuk mendapatkan apapun yang dia inginkan: Sesukar dan semustahil apapun itu!
Jelas semua itu tak dia peroleh dengan mudah dan sederhana, Ben tahu itu dengan amat jelas, walau jelas-jelas tak semua orang mengetahuinya dengan jelas. Seringkali dia butuh waktu yang amat lama, atau usaha yang ‘tak sekedar begitu saja’ dalam setiap proses pencapaiannya.
Seperti ketika dengan menggunakan ketekunan begawan dia godok begitu banyak hal yang harus -atau ingin- dia lakukan, untuk minimal enam bulan ke depan semasa kuliah dulu, yang lantas dengan memetik cerdik para cantrik serta mampu para empu, dia lakukan semuanya satu demi satu, dengan tetap mati-matian mempertahankan gaya keseharian agar tetap terlihat sebagai sosok yang biasa. Sebab dia tahu bahwa tak ada tempat sedikitpun untuk si hebat dalam komunitasnya. Sebab yang kemudian menjadi utama adalah menjadi hebat tanpa perlu terlihat hebat, dengan terus melakukan begitu banyak kehebatan bersama orang-orang hebat terdekat.
Atau ketika dengan sakit yang sangat dan menyengat sekujur tubuh, mencoba bangkit dan berusaha sekuat daya untuk menjadi manusia lagi saat sekolah dulu, tanpa peduli segala stempel buruk yang telah terlanjur mengecap imej-nya, yang setelahnya tentu saja amat mengagetkan semua yang pernah mengenalnya karena pada titik-titik tertentu berhasil meraih yang bahkan tak mampu diraih oleh kalangannya, yang seketika memberinya julukan yang paling mendekati logika umum, sebagai orang yang ‘cuma’ selalu beruntung.
Lantas berubahkah penampilan si jangkis ini? Anehnya: Tidak! Tetap low profile. Tetap friendly, familier serta selalu menjadi Ajo yang dulu pernah mereka kenal. Sebab untuk menjadi lebih, sebab untuk melakukan lebih, benar-benar tak dibutuhkan segala macam sikap dan kata yang berlebih-lebihan. Talkless do more? Kenapa pula baru ramai dan mencuat sekarang...!
Tapi baru hari ini Ben tahu bahwa Ajo, benar-benar sosok yang sangat tidak beruntung: Jika itu tentang Mulan!
Selalu dia memiliki kesempatan bersamanya, namun tak pernah dia sambut dengan kesiapan untuk menjadikannya terus bersama.
Takdir yang tidak berjodohkah? Apa pentingnya takdir menjadi kambing hitam…!!!
Ben berani bertaruh bahwa dia tetap mampu untuk membuat Mulan terus berada di sampingnya, seperti yang selama ini selalu dia lakukan terhadap begitu banyak keinginannya. Tak peduli apakah Mulan saat ini masih sendiri, menjadi janda atau justru tengah menikah dengan jodohnya entah siapa. Juga tak peduli apapun situasi, kondisi dan atau keadaan dia dan Mulan saat ini.