Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selametan: Jejak Tradisi, Warisan Leluhur yang Penuh Makna

18 Oktober 2024   14:20 Diperbarui: 18 Oktober 2024   14:22 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Kepercayaan Wong Cilik

Sebaliknya, golongan wong cilik atau rakyat kecil, terutama petani, tidak terlalu terpengaruh oleh mistik Hindu-Buddha seperti kalangan priyayi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, wong cilik lebih sibuk dengan kebutuhan sehari-hari seperti bekerja di ladang untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga mereka tidak memiliki waktu atau akses yang cukup untuk mendalami ajaran-ajaran Hindu-Buddha yang lebih bersifat mistis dan filosofis. Keterbatasan dalam pendidikan dan literasi juga menghambat mereka dalam memahami dan mengadopsi filsafat Hindu-Buddha yang kompleks.

Oleh karena itu, kepercayaan wong cilik tetap berakar pada animisme dan dinamisme, di mana mereka percaya pada keberadaan roh-roh dalam benda-benda alam, tumbuhan, dan hewan, serta kekuatan magis yang tersebar di alam semesta. Ritual-ritual dan kepercayaan tradisional mereka masih berfokus pada penghormatan kepada roh leluhur, persembahan kepada kekuatan alam, dan penggunaan magi untuk melindungi atau meningkatkan kesejahteraan. Meskipun unsur-unsur Hindu-Buddha mungkin mempengaruhi mereka dalam bentuk ritual atau simbol tertentu, pengaruhnya tidak sekuat di kalangan priyayi. Bagi wong cilik, mistik Hindu-Buddha hanyalah tambahan yang tidak mendominasi sistem kepercayaan mereka.

3. Sinkretisme Kepercayaan

Meski terdapat perbedaan dalam tingkat pengaruh Hindu-Buddha antara priyayi dan wong cilik, sinkretisme atau perpaduan antara animisme, dinamisme, dan mistik Hindu-Buddha tetap terjadi. Wong cilik, misalnya, mungkin memperkenalkan elemen-elemen Hindu-Buddha dalam ritual lokal mereka, tetapi ajaran-ajaran mendalam mengenai filsafat Hindu atau Buddha jarang menjadi bagian utama dalam praktik keagamaan mereka.

Secara keseluruhan, ini menunjukkan bahwa kepercayaan animisme dan dinamisme tetap kuat di kalangan masyarakat Jawa, baik di tingkat priyayi maupun wong cilik, meskipun pengaruh Hindu-Buddha lebih terasa di kalangan elite. Adaptasi terhadap ajaran baru dilakukan dengan cara menyerap elemen-elemen yang sesuai, sambil mempertahankan sistem kepercayaan tradisional yang telah lama berakar.

Pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa, kebudayaan Hindu-Buddha memberikan pengaruh yang mendalam terhadap masyarakat Jawa, terutama dalam aspek-aspek keagamaan dan religius. Salah satu bentuk pengaruh yang jelas adalah perubahan dalam cara orang Jawa menghormati kekuatan-kekuatan alam dan roh-roh yang sebelumnya menjadi dasar kepercayaan animisme dan dinamisme.

Sebelum kedatangan Hindu-Buddha, masyarakat Jawa mempercayai bahwa benda-benda alam seperti bulan, matahari, dan air memiliki roh dan kekuatan magis. Ini adalah bagian dari kepercayaan animisme (kepercayaan bahwa setiap benda memiliki roh) dan dinamisme (kepercayaan bahwa benda-benda tertentu memiliki kekuatan magis). Setelah agama Hindu dan Buddha masuk ke Jawa, kepercayaan terhadap kekuatan benda-benda tersebut mengalami asimilasi dan akulturasi dengan ajaran baru.

1. Asimilasi Animisme-Dinamisme dengan Hindu-Buddha

Pengaruh agama Hindu mengakibatkan adanya penambahan elemen dewa-dewa dalam kepercayaan lokal. Misalnya:

  • Kepercayaan bahwa bulan memiliki kekuatan magis dalam dinamisme digantikan oleh keyakinan bahwa Dewa Candra adalah penguasa bulan. Dengan demikian, masyarakat tidak lagi hanya memuja bulan sebagai benda suci, tetapi juga menghormati Dewa Candra sebagai entitas yang berkuasa atas bulan.
  • Hal yang sama terjadi pada matahari. Matahari, yang sebelumnya dianggap memiliki kekuatan magis, kemudian diasosiasikan dengan Dewa Surya, yang dianggap sebagai dewa yang menguasai matahari. Masyarakat tidak lagi hanya memuja matahari secara langsung, tetapi juga dewa yang dianggap menjaga dan menguasai kekuatan matahari tersebut.

Ini menunjukkan bagaimana kepercayaan lokal mengalami sinkretisme(penyatuan kepercayaan), di mana konsep-konsep Hindu diintegrasikan dengan kepercayaan lama. Animisme dan dinamisme tidak sepenuhnya dihilangkan, melainkan diperluas dengan konsep dewa-dewi Hindu yang memperkuat dan melengkapi kepercayaan tersebut.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun