Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selametan: Jejak Tradisi, Warisan Leluhur yang Penuh Makna

18 Oktober 2024   14:20 Diperbarui: 18 Oktober 2024   14:22 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Unsur Hindu-Budha dalam sajian selamatan, terutama dalam upacara tingkepan, terlihat jelas melalui simbolisme yang terdapat pada hidangan dan makna yang mendasarinya. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang unsur-unsur tersebut:

1. Sajian dalam Selamatan Tingkepan

a. Hidangan Pisang

Dalam praktik selamatan, dua buah pisang disajikan sebagai simbol dan persembahan. Dalam konteks ini, pisang tidak hanya berfungsi sebagai makanan, tetapi juga memiliki makna ritual yang mendalam. Pisang sering dianggap sebagai buah yang membawa keberuntungan dan kesuburan dalam berbagai tradisi, termasuk Hindu.

b. Persembahan untuk Dewi Pertimah

Hidangan pisang tersebut khususnya dipersembahkan untuk Dewi Pertimah, yang merupakan penggabungan antara konsep Dewi Fatimah dari Islam dan aspek-aspek keagamaan Hindu. Dalam konteks ini, Dewi Pertimah menjadi simbol integrasi antara tradisi Islam dan Hindu, di mana Fatimah dianggap sebagai sosok yang suci dan berharga dalam tradisi Islam, sementara gelar Hindu memberikan nuansa tambahan dalam penghormatan kepada figur tersebut.

2. Penggabungan Unsur Budaya

a. Sinkretisme Budaya

Penyebutan Dewi Pertimah yang merujuk pada Fatimah menunjukkan adanya elemen sinkretisme antara Islam dan Hindu. Dalam hal ini, masyarakat Jawa tidak hanya mematuhi ajaran Islam secara ortodoks, tetapi juga mengadaptasi dan mengintegrasikan unsur-unsur dari kepercayaan Hindu ke dalam praktik keagamaan mereka. Hal ini memperlihatkan bagaimana agama dan budaya dapat saling melengkapi dan beradaptasi.

b. Penghormatan terhadap Figur Suci

Dengan menjadikan Dewi Pertimah sebagai objek persembahan, masyarakat Jawa menunjukkan penghormatan terhadap sosok yang dianggap membawa keberkahan. Ini menciptakan ruang bagi masyarakat untuk mengekspresikan rasa syukur dan pengharapan kepada figur suci yang melambangkan kebaikan, perlindungan, dan kesuburan.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun