Unsur Hindu-Budha dalam sajian selamatan, terutama dalam upacara tingkepan, terlihat jelas melalui simbolisme yang terdapat pada hidangan dan makna yang mendasarinya. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang unsur-unsur tersebut:
1. Sajian dalam Selamatan Tingkepan
a. Hidangan Pisang
Dalam praktik selamatan, dua buah pisang disajikan sebagai simbol dan persembahan. Dalam konteks ini, pisang tidak hanya berfungsi sebagai makanan, tetapi juga memiliki makna ritual yang mendalam. Pisang sering dianggap sebagai buah yang membawa keberuntungan dan kesuburan dalam berbagai tradisi, termasuk Hindu.
b. Persembahan untuk Dewi Pertimah
Hidangan pisang tersebut khususnya dipersembahkan untuk Dewi Pertimah, yang merupakan penggabungan antara konsep Dewi Fatimah dari Islam dan aspek-aspek keagamaan Hindu. Dalam konteks ini, Dewi Pertimah menjadi simbol integrasi antara tradisi Islam dan Hindu, di mana Fatimah dianggap sebagai sosok yang suci dan berharga dalam tradisi Islam, sementara gelar Hindu memberikan nuansa tambahan dalam penghormatan kepada figur tersebut.
2. Penggabungan Unsur Budaya
a. Sinkretisme Budaya
Penyebutan Dewi Pertimah yang merujuk pada Fatimah menunjukkan adanya elemen sinkretisme antara Islam dan Hindu. Dalam hal ini, masyarakat Jawa tidak hanya mematuhi ajaran Islam secara ortodoks, tetapi juga mengadaptasi dan mengintegrasikan unsur-unsur dari kepercayaan Hindu ke dalam praktik keagamaan mereka. Hal ini memperlihatkan bagaimana agama dan budaya dapat saling melengkapi dan beradaptasi.
b. Penghormatan terhadap Figur Suci
Dengan menjadikan Dewi Pertimah sebagai objek persembahan, masyarakat Jawa menunjukkan penghormatan terhadap sosok yang dianggap membawa keberkahan. Ini menciptakan ruang bagi masyarakat untuk mengekspresikan rasa syukur dan pengharapan kepada figur suci yang melambangkan kebaikan, perlindungan, dan kesuburan.