"Ga, apa yang terjadi?" tanyanya, cemas.
Arga menghela napas dalam-dalam, tampak ragu untuk mengungkapkan apa yang mengganggunya. "Aku baru saja mendapatkan kabar bahwa ayahku sakit. Dia harus dirawat di rumah sakit," jawabnya dengan suara pelan.
Alya merasakan hatinya mencelus mendengar berita itu. "Oh tidak, Ga. Apa yang terjadi padanya?"
"Dia mengalami masalah jantung, dan dokter mengatakan dia harus menjalani operasi. Ini sangat sulit bagiku," Arga menjelaskan, matanya mulai berkaca-kaca.
Alya meraih tangan Arga, memberikan dukungan yang ia bisa. "Aku sangat menyesal mendengar ini, Ga. Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu?"
"Yang bisa kau lakukan hanyalah mendukungku. Aku harus fokus untuk merawat keluargaku sekarang," jawab Arga, suaranya penuh beban.
Mendengar jawaban itu, Alya merasa hatinya teriris. Ia tahu betapa pentingnya keluarga bagi Arga. "Aku akan selalu ada di sampingmu, Ga. Kita bisa menghadapi ini bersama."
Hari-hari berikutnya, Arga menghabiskan banyak waktu di rumah sakit, mendampingi ayahnya. Alya berusaha untuk memberikan dukungan dari jauh, tetapi ia merasakan adanya jarak yang mulai terbentuk di antara mereka. Mereka jarang bisa bertemu dan berbicara, dan itu membuat Alya merasa cemas.
Di saat-saat sulit itu, Alya memutuskan untuk tidak hanya menunggu Arga, tetapi juga mengunjungi ayahnya di rumah sakit. Ketika ia tiba, Arga tampak terkejut melihat Alya.
"Alya! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Arga, tercengang.
"Aku datang untuk menjenguk ayahmu. Aku ingin memastikan dia baik-baik saja dan kau tidak sendirian," jawab Alya, senyumnya tulus.