Alya merasakan beratnya perasaan Arga. "Aku percaya padamu, Ga. Jika kau merasa perlu untuk berbicara tentangnya, kita bisa melakukannya. Tapi ingat, aku ada di sini untukmu, bukan dia."
Malam itu, setelah masakan mereka siap, mereka duduk bersama dan mulai makan dengan suasana yang sedikit lebih ringan. Meskipun ketegangan masih ada, Alya merasa bahwa mereka sedang membangun kembali kepercayaan di antara mereka.
Setelah makan, mereka memutuskan untuk belajar bersama. Alya menyiapkan catatan dan buku-buku pelajaran, berusaha membantu Arga menyiapkan ujian yang akan datang. Saat mereka belajar, Alya merasa semakin dekat dengan Arga, seolah-olah mereka kembali pada momen-momen indah yang pernah mereka alami.
Setelah beberapa jam belajar, Arga terlihat lebih ceria. "Terima kasih, Alya. Aku merasa lebih siap sekarang," ucapnya sambil tersenyum lebar.
"Kita bisa melakukannya bersama, Ga. Ingat, tidak ada yang perlu kau hadapi sendirian," kata Alya, merasa senang melihat semangat Arga kembali.
Meskipun malam itu berakhir dengan perasaan positif, Alya tidak bisa mengabaikan ketidakpastian yang masih membayang di antara mereka. Ia tahu bahwa mereka harus terus berkomunikasi dan mendukung satu sama lain untuk menjaga hubungan ini tetap kuat.
Keesokan harinya, saat Alya tiba di kampus, ia menerima pesan dari Arga yang membuatnya terkejut. "Alya, bisa kita bertemu sebentar? Ada sesuatu yang perlu aku bicarakan denganmu."
Kecemasan mulai mengisi hati Alya. Ia berharap ini bukan tentang Mira atau hal lain yang bisa mengganggu hubungan mereka. Dengan rasa was-was, Alya menuju tempat yang telah mereka sepakati untuk bertemu.
Ketika Alya tiba, Arga sudah menunggu. Ekspresi wajahnya tampak serius, dan Alya merasakan ketegangan di udara. "Apa yang ingin kau bicarakan, Ga?" tanyanya, mencoba bersikap tenang.
"Aku merasa kita perlu berbicara tentang hubungan kita. Tentang masa depan dan apa yang kita inginkan," Arga mengawali percakapan, matanya menatap Alya dengan penuh arti.
Alya menelan ludah, merasakan jantungnya berdegup kencang. "Tentu, aku siap mendengarkan," jawabnya, berusaha untuk tidak menunjukkan ketakutannya.