"Hai, Ga!" sapa Alya sambil tersenyum.
Arga menatapnya dan tersenyum kembali. "Hai, Alya! Bagaimana harimu?"
"Baik. Aku hanya ingin bertemu dan membicarakan beberapa hal. Bolehkah kita?" tanya Alya, merasa sedikit gugup.
"Tentu saja. Ada yang ingin kau bicarakan?" Arga menutup bukunya dan memberi perhatian penuh pada Alya.
"Aku merasa kita perlu berbicara tentang Mira. Meskipun aku mencoba untuk tidak cemburu, aku masih merasa tidak nyaman ketika kau berhubungan dengannya," kata Alya, mencoba untuk jujur.
Arga menghela napas. "Aku mengerti. Aku tidak ingin menyakiti perasaanmu, tetapi kita juga harus menghormati masa lalu kita. Mira adalah bagian dari hidupku yang harus aku hadapi."
"Aku tahu, tapi... kadang aku merasa kau lebih memperhatikan kenangan bersamanya daripada kita saat ini," Alya mengungkapkan keraguannya.
"Tidak, Alya. Setiap kali aku bersama Mira, aku selalu berpikir tentang kita. Kamu adalah masa depan yang aku inginkan," jawab Arga dengan tegas.
Mendengar kata-kata Arga, Alya merasa hatinya mulai tenang. "Tapi bagaimana jika Mira mengganggu kita lagi? Apa kau siap untuk menghadapinya jika itu terjadi?"
Arga meraih tangan Alya, menatapnya dengan serius. "Aku akan selalu memilihmu, Alya. Aku berjanji untuk berjuang demi hubungan kita."
Alya mengangguk, merasakan kehangatan dari tangan Arga. "Aku ingin percaya padamu. Kita harus saling berkomitmen untuk tidak membiarkan masa lalu mengganggu masa depan kita."