Mohon tunggu...
Acep Yayan XII MIPA 4
Acep Yayan XII MIPA 4 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Kelas 12 mipa 4

Gak ada

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Persahabatan Tanpa Persyaratan

25 Februari 2022   13:41 Diperbarui: 25 Februari 2022   13:51 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Persahabatan tanpa harus persyaratan

"hey.... anak baru,sini kau!!!"

Dia memanggil dengan keras sampai semua orang di sekeliling saya mendengar. Dia bersama teman teman nya seperti kelas 2. Tanpa banyak basa basi saya mendatangi mereka, tanpa saya kira ternyata mereka adalah sekelompok anak nakal di sekolah itu yang selalu membuat onar dan merasa meraka yang menguasai sekolah baru saya itu.

"Cepet kasih gw uang kaulahh!!" kata dia dengan suara tinggi

"Nih bang"

"Cakep, banyak juga duit kau, sering sering bagi duit Lo ke gw!"

Ahh rasanya pengen hajar semua orang orang yang malak tadi, heran sama cewek yang ada di sana kenapa mereka mau sama cowok kayak mereka. Terus mereka ikut asyik memalaki saya dengan mereka.

Bisik dalam hati "karena ini sekolah baru bagiku, entahlah, engga mau bikin onar di hari pertama disini apalagi berurusan sama orang orang yang kayak gitu".

Aku melanjutkan jalan menuju kelas saya yang ada di dekat WC lantai dua pojok kanan atas.aku memang tau kelasku. Namun, aturan untuk siswa baru di sana ketika memasuki kelas baru nya, meraka di suruh untuk menghadap wali kelas yang ada di ruang guru untuk memasuki kelas bersama sama dan wali kelas akan memperkenalkan siswa baru di kelas itu.

"aturan bodoh!, aku bisa masuk kela sendirian juga". Kelas 7b-2 adalah kelas baruku seorang anak pindahan dari SMP negeri 1 Kotasakti luhur. Suasana yang selalu tegang dan memang belum terbiasa dengan suasana baru memang sering di rasakan murid pindahan. Namun, aku berbeda dari mereka. Aku merasa bodoamat dengan suasana seperti ini, dan merasa kok hal seperti itu di ambil ribet?.

Anak anak di kelas itu langsung duduk rapih setelah wali kelas masuk kelas.

" oke anak anak kalian kedatangan teman baru yaa.... semoga kalian bisa berteman dengan baik"

Dia menepuk pundak ku

"ayok perkenalan namamu nak"

"Lucky Ardy, murid pindahan dari SMP negeri Kotasakti luhur salah kenal semua nya" aku tersenyum dengan terpaksa agar perkenalan tidak memberikan kesan buruk tentangku kepada meraka.

Meraka agak menilai tentang diriku dan sikapku barusan dengan senyuman terpaksa yang memang mereka lihat seperti tadi. Untungnya wali kelas mengakhiri perkenalan dan membiarkan duduk."sedikit kacau, tapi lumayan membuat meraka tidak berfikir yang buruk tentang. Keliatan nya sih, tapi engga tau sebenarnya". Bisik di dalam hati sambil berjalan menuju kursi kosong di belakang barisan ke lima jajaran ke tiga. Meja di kelas memang satu siswa saru bangku. Aku bersebelahan dengan seorang cewek di kanan dan di kirinya cowok gendut, di depan juga cewek pake kacamata,"keliatan nya dia orang paling pintar dikelas ini?". Bisik lagi di dalam hati. Sedangkan yang duduk di belakangku?, ya biasalah, barisan paling belakang di isi manusia-manusia aneh.

Aku hanya diam mengamati sekitar dan juga mengamati guru yang mengajar. Aku mempunyai sikap agak engga peduli sama orang lain alias bodoamat.namun, kayak nya kebiasaan itu harus di hilangkan dehh. Demi mendapat teman. Aku berdoa pada Tuhan semoga hari ini menyenangkan, lancar dan pulang tanpa membawa tugas.

Belllll........... suara bell

Bel istirahat pun berbunyi semua orang di kelas seperti meraka mengetahui pasangan meraka di kelas untuk mengajak mereka jajan bareng atau makan ataupun ke WC bareng. Ya ampun ya tuhan engga ada yang mengajak anak baru ini kemana kek, atau kenalan dikit kenapa sihh. Memang keliatan agak suram sih aku dengan perkenalan tadi yang sama sekali tidak bisa menarik perhatian sama sekali.

"males keluar kelas" males banget keluar bangku. Untungnya si mbak masukin bekal ke tasku.

" mbak, terima kasih banyak atas perhatian nya". Si mbak adalah seorang pembantu rumah tangga di rumahku. Dia mengurusku udah agak lama sih sekitar dua tahun yang lalu semenjak mereka sibuk dengan pekerjaannya. Aku males menyebut mereka sebagai orang tua yang sangat sibuk dengan urusan pekerjaan meraka. Si mbak kayak ngegantiin posisi meraka, dia udah kayak orang tua, tapi lebih tepat nya kayak kakak sendiri karena usianya yang terbilang masih muda walaupun aku anak sulung di keluarga "donin" sebutan nama keluargaku

Makan semua bekal yang udah di siapkan sama si mbak. Enak banget, kenyang lagi lumayan bisa ganjal perut sampe nanti pulang.

Belll..... suara bell

"bel masuk cepet banget baru juga beres makan, belum bisa napas lega ahh... gimana sih ini sekolah". Marah dalam hati engga bisa pake ekspresi. Sial Emang dari tadi engga dapet temen kenalan. Besok kayak nya harus sedikit lebih berusaha dapet temen setidaknya kenalan juga engga papa kek.

Baru juga beresin misting plastik coklatku. Ehh... tiba tiba yang duduk di depan bangkuku ngajak kenalan.

"namaku Vira" sambil melambaikan tangan

"Lucky"

"nanti pas pelajaran terakhir pjok kan kita di kelompokkan, kamu pasti belum punya kelompok. Pas banget kelompok ku kurang 1 orang. Kamu mau kan masuk kelompok ku?". Dia memohon untuk aku masuk kelompok nya. Langkah awal sihh bisa kenalan untuk pertama kalinya di kelas baru ini yang udah di tunggu dari tadi. Terus lagi yang ngajak kenalan orang paling pintar di kelas.

"selain itu dia juga lumayan xixixi" agak heran sih dia engga ragu deketin aku gitu?

" oke oke, emang kelompok buat apa?"

"buat nanti materi bola voli kelompok aku ada lima terus emang kurang satu"

Iya juga sih kelas ini emang di huni dua puluh tiga orang. Tapi heran kenapa orang orang engga milih masuk ke kelompok nu Vira, bukanya dia orang paling pintar di kelas? Tapi entahlah anak baru kayak aku engga tau soal mereka dan hubungan meraka satu sama lain seperti apa

"oh iya iya"

"makasih yaa" sambil sedikit tersenyum bersyukur aku mau gabung kelompok nya. Seneng sih dalam hati."ahh sikap bodoamat ayok kita hilangkan"

Jam ke delapan sampai akhir emang jam pelajaran pjok Untung makanan bekal habis tanpa sisa yang membuat saya tidak lapar di mapel terakhir

"cepat lakukan pemanasan, cepat cepat!!" guru olah raga huh. Bisa nyatei dikit napa. Semua murid hanya bisa menuruti perkataannya. Selesai pemanasan para siswa berkumpul sesuai kelompok nya. "bener, ada empat kelompok berarti ini mungkin latih tanding atau apalah" bisiku dalam hati.

Timku terdiri dari dua cowok empat cewek. Aku analisis cowok yang setim denganku agak lumayan dengan postur tubuh lumayan tinggi. Sedangkan, yang cewek nya.....? entahlah, semoga ajah bisa di andalkan. Kelompok atau tim aku kebagian tim kedua main setelah tim satu dan tiga selesai. Aku analisis sekarang lawan kita tim empat. Meraka memang unggul jumlah laki laki."bisa sih bisalah mengalahkan mereka".

Setelah sekian lama di suguhkan dengan pertandingan pertama dengan suasana sangat tidak seru sama sekali karena cuman pasing bola masuk pasing bola masuk. Ahh bosen banget...

Tim ke satu berhasil mengalahkan tim ke tiga dengan selisih poin sangat jauh 12-1. Dari awal memang aturan poin engga boleh lebih dari dua belas. Terus yang menang bakalan auto langsung masuk final lawan yang akan maen di game ke dua.

"lucky, ayokk". Vira narik tanganku cepat. Aku sontak kaget lagi analisis orang orang di kelas agar bisa paham betul mereka seperti apa dan juga jumlah kekuatan mereka seperti apa. Dan sepertinya"mereka lemah. Haha".

"ohh maap vir. Ayok". Seperti dugaan meraka memang engga terlalu unggul dalam kekuatan service passing maupun smash. Gampang sekali memenangkan game ini, man of the match mungkin aku. 12-3 gampang banget ya ampun. Mempunyai kemampuan lebih du antara cowok sebayaku memang kelebihan yang aku punya sejak dini.

 Dapet pujian lagi saka vira. Seneng banget temen pertama di sekolah ini. Temen? Mungkin, semoga aja dia nganggap aku temennya. Walaupun orang lain mikir kayak aku kayak napi yang baru kabur dari sel tahanan nya.

"Lucky, kamu jago banget maennya. Untung ada kamu terus gabung timku hehe".

Seneng banget dia kalau di liat liat

"Oh engga vir biasa ajah tadi". Hehe, segitu doang gampang lahh.

Pertandingan final yang menentukan siapa yang menjadi nomor satu bakalan segera di mulai. Dsri hasil analisisku . Tim satu memang tadi menang gampang banget lawan tim tiga. Mungkin bakakan imbal deh lawan meraka atau kemungkinan buruk kalah. Ahh tidak usah mikir yang engga enggalahh fokus dulu ajah.

 Pertandingan terakhir yang menentukan siapa yang akan menjadi nomor satu di kekas 7b-2 segera di mulai. Tim yang kalah otomatis akan berada di pinggir lapangan untuk menonton tim yang bertanding di final. Sepi sihh engga ada sama sekali meriah nya sorakan dari para penonton yang ketika tim memasuki lapangan pertandingan. Tapi engga papa lahh. Dari tim lawan tino lahh yang harus di waspadai karena tubuh tinggi nya yang membuat ku harus waspada sama dia.

Pritttt..... Peluit dari guru pjok udah di tiup. Nama guru nya?. Aku engga tau sihh anak baru soalnya. Uhh baru juga di mulai. Benarkan, si tino harus di waspadai. Dia service atas engga ngotak sama sekali Langsung masuk. Sengit banget tapi aku juga sangat menikmati game ini. Ketawa ketawa dan aku juga merasa sedikit demi sedikit rasanya temen sekelasku mulai menganggap aku sebagai bagain dari kekas 7b-2.

Bell..... Suara bell

Ehhh baru juga sebentar lagi seru seru nya lohh. Baru juga 7-6 tim kami tertinggal satu poin.

"Cepat. Kumpul semuanya". Guru pjok memanggil kami untuk berkumpul.

"Oke. Pertandingan engga akan di lanjut bapak. Tim yang jadi nomor satu tim ke satu. Selamat kepada Meraka".

Belum juga beres. Gamenya kan bisa di lanjutkan walaupun ini di jam terakhir. Tapi yah, engga bisa lewat dari jam pelajaran yang ada.

"Sebelum menutup pembelajaran hari ini. Oyy km pimpin doa!!!".

"Baik pak". Harley sebagai ketua kelas kami seorang yang memang memiliki kharisma yang pantas untuk memimpin kelas.

"Berdoa di mulai".

..................................

"Selesai".

"Bapak akhiri pertemuan kali ini. Yokk yang ada eskul eskul. Yang engga ada kerjaan di sekolah langsung pulang kerumahnya masing-masing!!".

Semua siswa bubar. Dan aku agak engga enak sama vira. Dia terlalu tergantung samaku. Timku Kalah. Jadi minta maap ajah deh.

"Vir, maap yaa tadi engga sempat jadi nomor satu".

"Engga papa lucky. Aku juga bersyukur udah bisa masuk final". Dia pergi langsung sama teman teman cewek nya

"Lucky, aku duluan sama yang lain".

"Oh iya iya vir".

Bubar langsung engga ada sama sekali orang yang ketinggalan di sini selain aku. Engga ada yang ngajak bareng sama meraka "sedih banget".

Sebelum memasuki kekas aku berniat untuk mengelilingi sekolah agar bisa tau lebih dekat dengan lingkungan sekolah di sini. Jalan jalan mungkin lebih tepatnya? Sembari ke kantin membeli minum.

Di depan kelas 7a-1 banyak orang kayak ada keributan. Penasaran, langsung saja mendatangi kerumunan anak anak kelas 7a-1.

Disana ada cewek, rambut nya di kepang, pake kacamata, bawa buku dia kayak mencerminkan bahwa dia anak culun. Di musuhi sama anak anak kelas 7a-1. Terus ada juga anak cewek yang melindunginya sambil nge bela dia. Penasaran ada apa sih sebenarnya.

Engga lama kemudian salah satu cowok temen sekelas, lempar botol air minum ke dia. Sontak respon kasihan sama dia. Ternyata emang benar dia lagi di bully sama anak anak cowok kelas nya. Aku coba bela sebagai cowok satu satu nya yang bela dia.

"Siapa sihh, jangan sok sokan dehh jadi pahlawan".

"Minggir minggir"

Suasana menjadi tegang ketika aku ngambil botol minum tadi terus air nya aku tumpahin di baju nya.

"Berani kok sama cewek sihh".

Duarr... Dia mukul tiba tiba. Sakit juga pas di pipi. Aku balas dua kali lipat sampe dia mundur. Terus aku ajak ke tempat yang agak sedikit luas. Aku ajak duel dia. Dia nerima tawaranku. Kami berduel dengan di tonton banyak orang. Temen temen dia engga bantuin dia sama sekali meraka hanya menonton. Kami baku hantam di sana, engga ada yang mau ikut campur urusan kami. Seni bela diri memang aku punya, ikutan karate pada usia delapan tahun, aku lakoni sampe sekarang. Dia engga bisa ngasih perlawanan yang berarti. Sampai guru datang memisahkan kami. Dia kena beberapa benturan bekas hajaranku. Sempai banyak memar di muka nya sedikit mimisan.

Kami pun di arahkan ke ruang BK, disana kami di tanyakan kenapa bisa ada perkelahian. Aku cuman bisa terus terang cuman ngebela cewek itu. Terus si cowok yang memblly dia cuman diam ajah engga ngomong sama sekali.

Disana ada wali kelasku, aku cuman di kasih teguran kecil karena mungkin siswa baru di sana dan disuruh untuk ke kelas. Si onar masih tetap di ruang BP entah apa hukuman yang bakalan di kasih ke dia.

Di kelas, berita keributan tadi langsung nyebar dengan cepat nya. Suasana kelas yang tadinya mulai menerima ku kini kayak mulai membenciku. Mungkin udah tau sikap asliku atau mungkin ada kaitannya sama si cewek yang tadi. Rasanya hening masuk kelas dengan tatapan teman sekelas yang dingin. Virra pun yang aku anggap teman pertama di kelas engga bilang apa apa. Dia langsung pulang sama temannya.

"Pengen cepat cepat sampai rumah". Bisik dalam hati. Engga ada teman di sini.

Engga perlu nunggu orang lain untuk di ajak pulang bersama, atau berbagi cerita semasa tadi pas KBM. Aku rapihin tempat duduk, tas meja lalu melangkah menuju pintu. Aku cuman bisa nunduk engga tau alasan nya apa, sikap bodoamatku apakah harus di tumbuhkan lagi di dalam diri ini?. Ceritanya pengen dapet temen yang bener bener temen, yang engga seperti mantan temen dari sekolah lama sama masa lalu. Mereka langsung menjauhi ku ketika tau sifat asliku. Seorang anak keras dan juga suka bikin onar waktu sd, punya temen yang sama sama engga bener kepalanya, tiap hari cuman ngajak ribut anak anak lain di luar sekolah. Sedangkan, di sekolah kerjaan cuman bully orang lemah. Semua orang nganggap aku dengan teman temanku engga baik untuk di temani mungkin dengan menjauhi meraka adalah tindakan yang baik menurut meraka.

Ketika masuk smp kebiasaan buruk waktu sd belum bisa aku kurangi ataupun hilangkan dalam diri ini. Merasa sok berkuasa. Sok sokan pokok nya. Namun engga tentu anak jahat belum tentu jahat ataupun sebaliknya. Atau? Yang jahat akan berubah kebaik ataupun sebaliknya?. Pas lagi bully anak yang tidak mampu dalam ekonomi, karena ekonomi keluarga meraka terlihat lemah. Aku sebut dia si miskin dan suka seenak nya sama dia, sampai pada akhirnya dia engga tahan dengan apa yang aku lakukan di dia. Dia nangis kabur dari sekolah. Sikap acuhku cuman "ahh biarin dia juga pasti balik lagi".

Aku kaget sama teman temanku, dia balik lagi bawa ibunya sambil nangis. Disana ketika waktu istirahat jam ke lima, banyak orang yang meta nya tertuju pada kami. Ibu itu minta maap kepadaku dengan air mata nya yang terusan meneteskan air mata. Sembari berkata

"Maap nak, anak ibu orang nya emang kayak gini, ibu juga engga punya penghasilan tetap. Ibu minta maap kalau anak ibu buat kamu merasa engga enak sama sekali". Dia nangis. Aku cuman diam ajah sama yang lain. Guruku datang

"Kamu tuh udah keterlaluan sekali". Semua mata yang tertuju pada kami melihat jijik pada kami. Kami hanya saling menyalahkan satu sama lain

"Kau yang salah luck, ngapain terus terusan nyuruh dia jadi bawahan kau!!"

"Ehh kau juga. Ngapain aku doang yang salah disini?". Meraka seperti bersekongkol satu sama lain untuk menjatuhkan aku. Yaa mungkin mereka muak dengan aku sebagai boss mereka. Meraka ada kesempatan buat lepas dari aku sampai sampai semua yang udah terjadi salah aku.

Kesal... Kesal banget sumpah aku mau hajar meraka semua. Aku tendang kepala ibu yang lagi megang kaki aku. Sontak semua orang berteriak histeris. Guruku memukulku. Semua orang merasa kasihan kepada ibu itu dan memusuhi ku, teman teman ku juga. Aku di bawa ka ruang BP. Ibu ku di panggil untuk ke sekolah. Sedangkan ibu tadi dan anak nya duduk bersebrangan denganku.

Ibu memang waktu itu engga menemani ayahku pergi keluar kota dengan ayah, sehingga dia bisa dapat memenuhi panggilan dari BP. Tak lama kemudian, ibu sampe di sekolah. Guru BP menjelaskan apa yang telah terjadi. Sontak ekspresi wajahnya sangat kaget ketika mendengar aku nendang kepala ibu itu. Ibu ku minta maap sebesar besarnya kepada meraka, dia minta maap sangat dalam mencium lutut kaki ibu itu. Meminta maap atas perbuatan anak nya yang bodoh ini.ibu itu langsung mengangkat wajah ibuku. Aku cuman diam menatap drama di depanku ini!. Aku berfikir kembali drama nya sangat menyentuh hatiku. Meraka saling nangis meminta maap sedalam dalamnya, aku di suruh berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya kembali. Entah kenapa aku turut ikut membungkuk walaupun tidak berkata apa apa, air mata mengalir di pipiku aku berjanji bakalan berubah "aku janji bakalan mampu menjadi anak baik!!". Bisik dalam hati

"Aku berjanji tidak akan mengulangi nya lagi". Aku minta maaf kepada ibu itu dan anak nya. Namun permohonan maaf tidak dapat menghindariku dari surat pengeluaran siswa yang menantiku. Siswa yang tidak taat aturan suka bikin onar, kerjaannya cuman bikin masalah setiap hari nya. Mungkin, para guru berfikir dengan mengeluarkan ku di sekolah sana adalah pilihan terbaik. Ibu mencoba membelaku. Membela anak bermasalah nya ini. Tapi dengan pembelaan nya tidak cukup membuatku dikeluarkan disana.

Masa masa saat suram memang sering muncul di ingatanku, setiap kali mengalihkan pemikiran selalu sering muncul ingatan masa lalu itu. Rasa ingin memperbaiki diri memang sudah tertanam ketika aku di keluarkan disana. Menebus semua dosa, menjalankan hidup penuh dengan karma yang berbalik menyerang. Setiap kali ingin berteman denga orang lain, sulit rasanya. Dan rasa takut di khianati masih ada di ingatanku. Masih trauma memiliki teman, hanya ingin sendirian dulu namun sendirian terus menerus engga baik bagi anak seusiaku. Bisa jadi bahan bully anak anak lain.

Di depan gerbang sekolah terdapat gadis yang sedang berdiri, dia seperti sedang menunggu orang seseorang bersama temannya. Aku cuman jalan lurus kedepan. Ehh ternyata orang yang sedang meraka tungguin adalah aku. Aku ingat ingat wajah dia, mudah dijenali dia anak yang du Bully tadi yang aku sempat bela

"Anu..... Makasih buat yang tadi". Dia ngomong kayak engga berfikir kalau aku bakalan tau apa maksud dari perkataannya.

"Iyaa ya ya. Sama sama".

"Sekali lagi aku aku berterima kasih padamu. Dan juga minta maap membawa kamu kedalam urusanku".

"Hehe engga papa. Nyantai ajah aku cuman pengen nolong ajah." Aku sedikit setengah setengah memberikan senyuman yang akan sedikit engga ada niatan. Karena takut dia Seperti vira dan aku engga ada niatan buat berteman dengan siapapun dulu, dalam pikiranku. Dan juga emang engga mau dia tau tentang diriku. Aku cuman langsung pamitan pulang duluan meninggalkan mereka berdua.

"Tasya. Kayak nya dia menghindar dari kamu dehh". Seru teman nya itu

"Tapi dia kayak beda kayak yang lain".

"Beda kayak gimana. Dia udah jelas jelas ngejauh dari kamu". Dia mempertegas ucapan dia lalu ngajak temannya itu untuk pulang.

Di sepanjang jalan, sempat dalam pikiranku mikirkan dia lagi "kenapa dia tadi di bully teman sekelasnya". Patut di selidiki, tapi bermain detektif detektifan engga perlu sihh lagian aku dah besar. Malulahh.

"Mbak, aku pulangggggg". Aku teriak

"Iya aden". Dia mendatangi ku dan mengambil tas dari punggungku.

"Aden, gimana sekolah pertama nya di sekolah baru". Dia bertanya dengan penuh penasaran.

"Engga ada yang menarik sama sekali".

"Oh. Aden mbak udah nyiapin makan nya di atas meja ,makanan kesukaan ade".

"Makasih mbak".

"Yaudah mbak mau nyimpen tas lalu balik lagi ke belakang".

Emgga balas perkataan si mbak, yang ada di pikiranku cuman ada si cewek tadi. Dia kayak punya masalah deh, sehingga dia di jauhkan sama teman teman nya. Kalau kayak gitu mungkin dia juga sama tersiksa sama sepertiku. Ahh engga usah di pikirkan sihh, sekarang cuman waktu nya makan lalu mandi terus main game sesuai ritual yang sering di lakukan.

Ehh lupa ada tugasssss!.

Di rumah cuman di huni oleh ayah, ibu, aku , si mbak, terus tukang kebun. Cuman berempat. Apalagi kalau ayah sama ibu pergi kerja. Dirumah engga ada siapa siapa dan yang paling deket sama aku cuman si mbak yang suka perhatian dari dulu. Aku memang kurang dapet perhatian dari meraka, meraka sibuk bekerja apalagi dia. Sangking malas nya sama dia yang lebih mementingkan bisnis nya daripada anak nya. Masa seorang ayah kayak gitu. Aku suka cari perhatian dari meraka agar mereka lebih sering memperhatikan anak nya di banding perkejaan nya. Semua hal nakal waktu kecil sering aku lakuka demi mendapat perhatian meraka, cuman ibu yang sering negur aku dia engga sama sekali, kayak engga anggap aku ini anaknya. Padahal anak di usiaku waktu itu memerlukan perhatian lebih dari kedua orang tuanya. Namun, berat sebelah hanya ibuku yang suka sesekali memarahi.Semenjak makin dewasa aku berfikir dia emang benar benar engga anggap aku ini ada sama sekali. Kesal, kalau memang dia anggap aku seperti engga ada aku juga angap dia buka ayah ku. Aku bilang ke ibu

"Ibu. Kenapa ayah jarang perhatian kepadaku". Waktu kecil aku sangat penasaran dengan pemikiran dia

"Ahh nak. Diakan sibuk bekerja buat kamu. Biar kamu setiap keinginan kamu mudah buat ayah kabul kan". Dia tersenyum sambil mencubit pipiku

"Akukan cuman pengen ayah pengertian sama aku ajah udah cukup kok". Aku nanya sangat polos waktu itu. Ibu ku cuman tersenyum dan terus terusan membela ayah. Tapi sekarang beda dengan waktu kecil aku sudah tumbuh memasuk masa masa remaja pemikiran waktu itu hanya omongan engga ada artinya sama sekali. Ibu cuman menutupi kesalahannya agar aku bisa menerima dia terus.

Kring kringhhhhh........ Bunyi alarm

jam 5.30 pagi. Aku bergegas bangun dan membuka semua pakaian dan menyiapkan air di bak mandi. Gak sadar engga sadar karena nyawaku sedang dalam masa pemulihan waktu itu. Seketika ketika ayunan pertama gayung yang mengambil air dari bak menuju badan sebelah kanan ku dan menumpahkan nya. Sontak rasa ngantuk langsung hilang seperti di telan bumi dalam dalam. Mandi memang sebuah kegiatan yang sangat malas untuk di lakukan,apalagi ketika baru bangun waktunya lagi lagi. Sangat terpaksa. Sangat terpaksaaaaa.

"Aden, sarapan udah mbak siapin di meja makan".

"Baik mbak, makasih". Rasanya kurang semangat dengan sekolah di hari ini. Kejadian kemaren tidak mau terulang kembali, aku takut kembali pada masa masa suram itu. Namun tatapan dingin meraka memang membuatku tidak percaya diri untuk berteman dengan meraka."apakah mereka semua musuhku?". Engga mungkin. Dari semua orang di sekolah adalah musuh yang benci terhadapku mungkin di antara meraka akan ada yang suka terhadap ku. Minimal mau berteman denganku. Semoga hari ini menyenangkan engga seperti kemaren dan di jauhkan dari orang orang yang engga beres kepalanya.

"Aden, kok malah ngelamun. Udah mau jam setengah tujuh".

"Ehhh,ehhhhhhhh ...". Aku ngelamun lama juga. Mikiran hal hal kemaren dan juga cewek itu. Aku makan dengan cepat, si mbak memperingati agar makan engga usah terburu buru kayak gitu.

"Akhokkhookk.. airrrrr". Terdesak roti

"Tuhkan aden. Kata mbak juga".

".udah jangan ngajak ngobrol. Aku berangkat mbak".

"Aden engga ada yang ketinggalan?".

"Engga adaaa". Berhenti sejenak sedang memikirkan sesuatu

"Buku pakt Indonesia. Buku paket Indonesia mana, dimana". Ouh ya lupa pasti ada di meja belajar. Aku lari kekamar dan mencari buku itu.

"Ketemu". Lari lagi menuju pintu rumah

"Mbak, aku berangkat".

"Hati hati aden di jalan".

aku berjalan agak terburu buru. Berjalan menuju pangkalan angkot. Walaupun aku punya mobil, tapi aku engga bisa mengendarai nya dan terus masih belum cukup umur. Jika ibu ada dirumah mungkin dia yang mengantarkan aku berangkat ke sekolah menggunakan mobil itu.

"Lamaa diem nya nihh angkot. Mang berangkat napa!!".

"Bentar dek. Satu penumpang lagi".

Lama amet. Ahh kalau kaya gini bisa telat lagi.

Untungnya gerbang masih di buka, sekitar tiga menit menuju bell berbunyi. Seperti biasa tatapan orang lain sedikit membuat ku engga enak sama sekali. Apakah udah nyebar rumor tentang ku? Kalau emang benar mereka udah tau apa yang sering aku lakukan waktu dulu. Kalau iya, siapa orang nya yang sangat kejam menurut ku yang telah menyebar kan berita itu?. Aku cuman bisa Nerima dengan berat, sangat berat hati untuk bisa nebus semua dosa masa laluku. Walaupun dengan ini semua semua dosaku bisa hilang maka aku akan kehilangan yang namanya sosok teman, dengan situasi seperti ini mungkin sangat sulit mendapat teman bahkan mungkin engga punya teman sama sekali. Tapi kalau dengan seperti ini akan sulit dehh. Aku cuman bisa nunduk ke kekas lalu langsung duduk engga merhatiin orang lain.

"Lucky, pagii". Ujar Vira.

Hah? Aneh rasanya dia seperti ngejauh dari ku tapi tiba tiba di kayak engga ingat sama sekali dengankejadian kemaren. Syukurlah kalau dia engga tau berati dia engga tau masa laluku seperti apa waktu dulu

"Pagi juga vir". Dia langsung duduk di meja nya. Engga ada percakapan lagi, cuman sebatas menyapa juga udah membuatku berfikir bahwa engga semua orang memusuhi ku. Semoga orang orang engga ada yang berfikir bahwa aku kayak dulu. Akukan pengen berubah menjadi lebih baik, tapi berubah menjadi baik juga susah ternyata.

Jam pelajaran di mulai, mapel pertama PPKn nge bahas tentang masa negri dengan kasus pembullyan yang semakin hari semakin meningkat. Engga hanya di tingkat SMA, di tingkat SD, SMP, bahkan kuliah pun ada kasus seperti ini. Memang miris negri ini dengan generasi yang akan merugikan di masa yang akan datang. Dengan generasi seperti ini aku yakin negeri akan terus terpuruk yang tadinya ingin menjadi negara maju. Tidak hanya pembullyan yang di lakukan di sekolah, terdapat guru yang melecehkan para siswi nya. Sangat miris sekali, engga kebayang kalau kasus tersebut di biarkan lalu jadi kebiasaan di setiap sekolah. Pemerintah harus bertindak cepat dalam Mengani kasus seperti itu."jadi pahlawan dalam cerita ini mungkin seru dehh". Hehe fantasi yang agak menyeleneh dengan sifat sendiri. Yang akan jadi pahlawan pasti orang orang baik sihh.

Aku engga terlalu mengenal orang orang di sekolah ini karena siswa pindahan yang baru pindah kemaren. Engga hanya satu sekolah aku engga tau, satu kelas pun engga tau kayak gimana sih orang orang nya. Jadi engga tau orang yang suka di bully hanya dia? Atau masih banyak orang yang nasibnya seperti dia? Jadi bahan tawanan teman nya. "Pengen hajar tuh orang orang yang bertindak sok berkuasa".

Ehh ngomong ngomong aku belum nentuin mau ikut eskul atau enggaknya. Susah seperti nya nyari eskul yang orang orangnya bisa nerimaku apa adanya. Mau gabung eskul karate lagi? Engga kayak nya. Bakalan nambah kesan jelek sepertinya.

Sangking bingungnya malah kepikiran ngebahas dua hal tadi.

"Lucky. Lagi mikirin apa sihh kayak berat banget pikirannya. Coba cerita sama ibu". Dia berkata seperti dan memecahkan pikiran ku

"Ehhe engga bu cuman Mikirin agenda nanti pulang mau kemana dulu".

"Langsung pulang oke?".

"Pengen jalan jalan liat eskul bu, saya belum menentukan mau gabung sama eskul mana mana".

"Engga usah terlalu di pikiran lagi pula eskul cuman nambah beban para siswa ya kan?". Dia omongan itu dia berhasil menarik candaan dan mendalati tawaan dari siswa lainya. Semua siswa tertawa setuju dengan pendapat darinya.

"Yaudah saya engga akan masuk eskul manapun".

"Terserah". Ujar dia cuek. Hehh eskpresi nya langsung berubah. "Dia musuhku ".

Bell Jam pertama pun berbunyi menandakan jam pertama habis. Di lanjut jam kedua dengan mapel yang sama. Namun jam pertama di gunakan untuk memberi materi sedangkan jam kedua untuk penugasan ujar guru nya tadi pas jam pertama. Semua siswa Sontak membuat kelompok dengan teman teman nya. Mereka dengan mudah mendapat kan empat orang untuk jadi satu kelompok. Sedangkan kelompoku? Aku engga tau harus sama siapa engga punya teman siswa pindahan suram ini.lagi lagi kelompok vira dia hanya tiga orang dengan itu otomatis akulah jadi bagian kelompok dia.

Hening banget engga ada yang ngajak ngobrol karena kelompok diisi cewek semua. Tapi aneh sihh kenapa engga ada yang mau sama orang yang paling pintar di kelas? Aneh orang orang di sini.

Guru menjelaskan tugas yang akan di berikan dengan. Tugas nya cuman membuat artikel tentang materi tadi terus semua Anggota harus bekerja dalam pembuatan artikel tersebut. Lalu didalam artikel harus menyertakan fakta fakta kasus yang pernah terjadi. Penyebab nya apa.

"Semoga tugas yang ibu berikan dapat di pahami. Tugas di kumpulkan seminggu yang akan datang. Bagi ibu cukup satu minggu pengerjaan nya. Kalian tidak boleh berleha-leha kerjakan dengan sungguh-sungguh".

"baik Bu". Semua siswa menjawabnya.

"ibu cukupkan sekian. Masih ada dua puluh menit lagi waktu tersisa. Jangan ribut jangan menggangu kelas lain oke?".

"siap bu". Guru meninggalkan kelas. Sontak semua siswa kegirangan dengan jam yang kosong walaupun hanya kurang dari tiga puluh menit.

"Kan udah ibu bilang jangan berisik!." Dia balik lagi setelah mendengar kegirangan orang orang di kelas.

"..........." engga ada yang berani menjawab dia semua kelas hening kembali seperti tadi. Walaupun gurunya baik. Dia kembali meningkatkan kelas. Para siswa lain terlarut dalam kegembiraan sedangkan kelompok kami menentukan. Kerkom mau dimana terus mau kapan.

Setelah diskusi terus, jam pelajaran PPKn habis di ganti mata pelajaran ke dua. Lama banget kalau dengar guru sejarah Indonesia Bercerita.

Waktu pun seperti di telan bumi, tak terasa bell istirahat pun berkumandang menyerukan para siswa beristirahat sejenak mengisi kembali otak mereka. Mereka satu persatu dengan temanya meninggalkan kelas. Tinggal beberapa orang tersisa yang sudah membuat janji makan bersama dengan temanya di kelas. Aku pengen mengenal lebih lagi tentang sekolah baru ini. Mau mencoba makan di kantin dan berharap mendapat teman yang tidak terduga disana. Kantin seketika penuh oleh para siswa dari semua kelas yang ada di sekolah ini. Sangking sesat nya ibu kantin sampai kewalahan melawan mereka semua. Aku cuman menunggu kantin itu reda dari para penyerang makanan itu. Aku liat orang yang terbully kemaren ada di dekat pintu WC kantin. Dia sendirian tidak ada temen seperti ku. Aku mencoba mendekatinya dan bertanya sedang apa dia? Mau pesen ? Kenapa dia terus terusan sendiri? Harus nya seorang cewek kalau mau kemana mana pasti di temenin sama satu atau dua temen sebayanya.

"Aku mau beli makan buat makan siang nanti".

"Masih lama yaa. Masih banyak orang berdatangan". Kalau engga ada usaha untuk menerobos kerumunan orang-orang maka kemungkinan kecil dia bakalan dapat apa yang dia inginkan.

"Engga nyoba buat terobos?".

"Engga ada niatan".

"mau pesen apa? Biar aku yang terobos".

"Yakin?".

"Yakin!. Emang mau pesen apa?". Aku tanya lagi

"Nasi kuning. Sama air mineral".

"oke". Aku terobos kerumunan itu. Dia cuman mengeluarkan ekspresi ternganga Dan agak heran. Terobos terobos terus sampai tidak terasa aku berada di depan dan mengambil nasi kuning dua bungkus dan air meneral satu botol. Setelah mendapat kan pesanan itu. Aku buru buru bayar lalu menerobos untuk kembali.

"Nih".

"Aku seneng ada orang yang berbeda sama yang lainya".

"?". Terheran heran apa yang dia maksud orang lain?.

"Makasih banyak". Dia langsung meninggalkan ku. Tanpa bayar makanan tadi. Ahh sudahlahh mugkin dia lupa tadi. Aku meninggalkan kantin lalu pergi menuju kelas. Makan di kelas tanpa ada yang menemani

"Lucky, sini makan bareng". Aneh rasanya Vira?.kenapa dia tadi pas pembagian kelompok bisa dengan mudahnya mendapatkan teman? Tapi kenapa dia tidak ada yang mengajak dia sama sekali untuk makan bareng bareng.

"Oke". Aku duduk di sampingnya dan tidak berkata sepatah kata pun. Aku habiskan makan siangku terus membereskan bekas makan tadi. Bungkus nasi kuning di buang ke tempat sampah di depan pintu kelas.

"aku kembali ke belakang".

"Iya". Gitu doang, engga bilang Terima kahh? Engga papa lahh. Orang terpintar di kelas sikat sama sifatnya sedikit aneh.

Bell jam ke lima pun berbunyi menandakan bahwa istirahat telah usai. Kelas yang tadi sepi mulai ramai kembali setelah para siswa lainya telah kembali dari masa pengisian daya meraka. Pelajaran berikutnya sama tidak ada seru serunya sampai seterusnya. Sampai bell pulang pun berbunyi. Dari semua mata pelajaran yang ada cuman pjok yang mengasyikkan.

Belll..... Bell pulang

Suasana seperti kemaren dengan tidak ada seseorang yang mengajak diriku pulang bersamanya. Aku bereskan semua buku. Lalu kunaikan kursi ke atas meja lalu meninggalkan kelas tanpa sepatah kata. Berjalan seperti biasa melewati beberapa ruangan kelas lain. Dengan tatapan orang orang heran bertanya tanya "kenapa aku terus terusan sendiri? Apakah tidak membosankan?". Seperti itulah yang aku tangkap dari semua ekspresi wajah semua orang yang aku lewati.

"Dia depan? Sedang apa dia?". Heran cewek bully itu selalu ada di dekat gerbang sekolah semenjak aku pindah ke sini.

"Anu... Maap soal tadi aku engga balikin uang kamu". Dia berbicara dan sedikit merasa malu atas perbuatannya. Aku berfikir uang apa? Oh yaa... Uang yang di kantin itu. Tuhh kan bener dia lupa engga mungkin dia pergi seperti itu tanpa bayar makanan nya.

"engga papa kok".

"Aku ganti". Sambil menyodorkan uang delapan ribu rupiah total dari lika ribu harga nasi kuning sama tiga ribu harga air botol mineral tadi.

"Yaudah aku ambil".

"Sekali lagi aku terima kasih atas bantuan kemaren sama sekarang". Dia menunduk kepala

"Oke oke, oh ya. Aku boleh tau siapa nama kamu?".

"Natasya".

"oke Nat". Aku memanggil namanya seperti sudah lama kenal. Dia heran lagi kenapa aku barusan nyebut dia dengan sebutan seperti itu.

"aku lucky. Maap telat memperkenalkan diri".

"Iya engga papa".

"Kamu lurus ke pangkalan angkot di depan itu?".

"iya".

"Naik angkot?".

"Iya". Simpel banget ya ampun jawabnya

"Yaudah bareng".

"iya". Heuh. Kami pulang bersama sampai di pangkalan angkot. Aku kepikiran kenapa dia di blly waktu itu oleh temen sekelas nya. Aku ingin bertanya namun engga mau terlarut dalam urusan pribadi dia dengan temannya.

Kami naik angkot yang beda

"aku naik angkot biru. Bye".

"Bye". Dia naik angkot hijau. Aku penasaran dengan kejadian pembullyan kemaren lalu mau masukin dia sebagai bukti kasus pembullyan yang terjadi di sekolah lalu memasukkan nya kedalam artikel tugas tadi. "emang engga papa ngambil contoh nya dari dia?. Pasti bakalan marah sih dia".

Mbak aku pulang. "akhirnya sampai di rumah".

"selamat datang aden".

"makan sekarang apa mbak?".

"Kesukaan aden".

"Oke oke". Aku mau langsung mandi terus tidur sebentar

"Mbak bangunin aku pas jam makan malam yaa".

"baik aden". Karena ini hari jumat dimana besok ya hari Sabtu. Ahh hari sabtu lumayan bisa nyantai di hari terakhir sekolah di minggu ini. Aku berencana bakalan nonton anime kesayangan yang akan tayang pukul sepuluh lewat dua puluh menit setiap minggu nya dan berdurasi hanya dua puluh empat menit per episode nya. Itu berarti aku akan tidur jam sepuluh lima puluh empat menit artinya tidur agak sedikit malam ini.

Sesuai yang aku katakan pada mbak tadi jam delapan di bangunkan terus makan makan malam. Engga di rumah engga di sekolah tetap ajah sendiri. Si mbak selaku pembantu disini makan setelah tuanya beres. Setelah beres aku ajak ngobrol si mbak yang lagi cuci piring

"mbak kenapa yaa susah punya teman sekarang?. Ada yang salah yaa. Tapi,yang salah siapa aku tau mereka?".

"Menurut mbak aden engga salah sama sifat baru aden yang pengen berubah. Mungkin belum waktunya punya teman. Nanti juga kalau udah waktunya pasti teman".

"Benarkah?". Lumayan tenang mendengar si mbak ngomong kayak gitu. Engga akan selama nya sendirian nanti juga pasti punya teman satu, dua ataupun seratus teman. Setelah beres makan aku langsung balik lagi ke kamar dengan harapan dan terus berdoa semoga besok menyenangkan dari hari ini disekolah dan bisa punya teman."pleasee". dikamar engga ada kegiatan apapun sembari nunggu anime itu tayang lalu. Cuman buka buku pelajaran tadi lagi membaca ulang materi tadi. " oh yaa besok Gimana kalau ikut eskul?". Aku lari balik lagi ke dapur dan bertanya ke si mbak yang lagi makan"mbak eskul yang cocok buatku apa ya?". Si mbak dengan ekspresi sedikit terheran-heran

"Kenapa aden engga melanjutkan karate nya?.

"Males". Setelah di pikir pikir engga add salah sihh lanjut karate. Tapi sepertinya engga bakakan cocok deh dengan situasi saat ini.

"Mbak. Aku bingung masuk apa ya?". Aku bertanya tanya apa yang akan cocok denganku. Ahh bingung kayak nya engga ada yang cocok dehh. Mau lanjut karta takutnya salah di gunain lagi kayak dulu.

Seperti yang sudah di rencanakan waktu tepat pukul dimana anime tersebut tayang walaupun rasa mengantuk mulai muncul tapi tidak bisa mengalahkan rasa ingin menontonku.

"Aden bangun udah jam setengah enam". Aku melihat si mbak di depanku membukan jendela kamar lalu sinar matahari sedikit demi sedikit masuk lewat sana. Aku kumpukan nyawa dan energi yang tadi malam lepas. Lalu pergi menuju kamar mandi. "mandi dingin banget. Mandi pagi udah kayak musuh abadi bagi setiap siswa".

Makan sarapan, langsung pergi menuju sekolah jam enam tiga puluh menit. Jarak sekokaku emang terbilang cukup dekat. Terus masuk sekolah juga jam tujuh lebih lima belas menit. Jadi ada waktu empat puluh lima menit untuk sampai di sekolah. Seperti biasa naik angkot biru yang suka ngetem menunggu penumpang lainya. Agak tidak terlalu masalah karena jam masuk sekolah masuh banyak. Aku turun di angkot setelah sampai di pangkalan angkot lagi. Jalan kaki ke gerbang sekolah lalu memberikan sapaan hangat ke para satpam penjaga disana. Lalu menuju kelas yang belum terisi penuh oleh makhluk-makhluk penghuni nya.

Vira udah ada di bangku nya berati di rajin engga pernah telat semasa sekolah nya? Kayaknya.

"lucky. Kamu masih bingung sama eskul mana kamu mau gabung?". Dia membalikan badan dan menghadap ke belakang.

"Iya. Rasanya engga ada yang cocok denganku". Jawabku

"emang kamu di sekolah sebelum pindahan ikutan eskul apa?".

"karate".

"wahh keren. Kenapa engga lanjut?".

"Engga ahh males". Aku sedikit tidak terbuka dengan masa lalu itu. Masa lalu bearlah terbawa waktu. Engga perlu di ingat Cuman harus di lupakan.

"ehh. Ada masalah?". Dia semakin penasaran dengan ucapan tadi

"aaeuaauu engga. Engga ada sama sekali hehehe".

"aneh. Yaudah ikutan eskul ku. Eskulku kbp".

"Hah?. Eman eskul apa itu?".

"komunitas buku Perpus. Disana kami suka menjaga, merapikan lalu kayak suka ngadain event buat baca buku per tahunya". Sepertinya membosankan. Tapi seperti orang orang bermasalah engga akan mungkin bergabung dengan eskul seperti itu deh. Aku ada niatan buat engga berurusan dengan para orang orang bikin onar di sekolah ini. Ehh tapi juga, meraka Mungkin engga ikut eskul sama sekali? Hmm kayak sihh.

"Emang kaian kumpul tiap hari apa?".

"tiap hari". Oh tiap hari engga heran sihh Perpus suka buka tiap hari. Dimana penjaga Perpus akan di jaga ketika jam pelajaran oleh orang orang dewasa yang bekerja di sana. Lalu pulang nya anak anak kbp akan berkumpul dan merapihkan buku buku bekas tadi sembari mengerjakan tugas mereka Disana dan banyak hal mengundang tawa katika meraka berkumpul mebahas eskul meraka. "ehh engga papa berisik di perpus?. Engga lahh orang dah beres jam pelajaran maka engga papa juga berisik di saat pulang nya". Jelas dia. Aku sedikit tertarik dengan tawaran Vira. "dari pada engga ikutan eskul apapun. "Pasti sekolah engga akan seru sihh dan akan membosankan. Semoga juga dapet temen disana".

"bentar aku pikirin dulu".

"oh iya engga papa. Kalau misal nya ada niat buat gabung kamu tinggal ambil kertas di ruang guru".

"oke oke makasih vir".

"Iya". Ehh seneng banget bisa ngobrol lebih lama sama temen di kelas. Baru pertama kalinya setelah masuk kesekolah ini. Walaupun lawan berbicara cuman satu orang. Semoga ajah kalau masuk ke eskul kbp dapet temen lebih banyak. Jadi pengen cepet-cepet jam sekolah beres.

Menunggu bell berbunyi. Dari bell ke bell memang akan sangat lama terasa jika terus menanti bell berikutnya. Tapi usaha menanti berhasil di Hayati

Bell... Bell pulang

Bell pulang pun berbunyi. Aku cepat-cepat membereskan tempatku lalu pergi menuju ruang guru meminta kertas formulir anggota baru buat eskul kbp.

"sore bu". Selaku pembina eskul tersebut. Aku tau dia karena Vira memberi tahu.

"Sore".

"Ibu saya lagi nyari Bu Tias buat minta kertas formulir pendaftaran anggota baru?".

"iya dengan saya sendiri". Heh ternyata dia

"Maap bu saya murid pindahan yang baru dua hari disini".

"iya engga papa. Bentar ibu ambil formulir nya". Dia dengan mencarinya di belakang banyak sekali tumpukan buku siswa. Berwarna warni. Mungkin setiap guru menandainya dengan berbagai macam warna untuk setiap kelas nya agar buku Tidak tertukar dengan kelas lain.

"Ini silahkan diisi".

"Baik bu". Aku mengambil pulpen dan mengisi nya dengan teliti

"sudah bu".

"ini nomor hp kenapa engga diisi?".

"saya lupa engga bawa hp. Terus saya juga engg tau nomor nya berapa".

".....". hehh kayak engga percaya mukanya

"silahkan kamu ke perpustakaan lalu sapa mereka yang ada disana. Ibu udah tau kamu dari Vira". Wah begitu kahh?

"oh ya makasih banyak bu".

"ya maap yaa. Ibu banyak kerjaan disini".

"kalau begitu saya remisi Bu". Aku pamit meninggalkan nya dan tidak mau mengganggu waktu sibuknya.

Perpus ada di lantai dua. Disana memang jauh dari kelas. Sehingga orang yang hendak membaca buku tidak akan terganggu dengan para siswa dikelas.

"Permisi".

"Dorrr". Anak laki laki menyambut ku dengan ekspresi datarnya dan bilang dorr.

".......?".

"sudahku duga memang kamu lucky". Vira mendekati ku lalu memperkenalkan ku kepada meraka.

"dia temen sekelas ku namanya lucky. Dia akan jadi anggota baru kita disini"

"hay".

"Haiiii luckyyyyy".

"Halllo". Hehe

"Hai salam kenal".

"salam kenal semuanya".

"saaaaa...". ehh kok ada Natasya? Dia mungkin anggota sini juga. Mungkin. Tapi emang kayak sihh..

"hai". Cuek banget. Aku cuman menundukkan kepala.

"Heyy luck!. Luck luck cluk cluk.....".

"hehh hallo". Bocah aneh

"Hmm kenalin Dito. Kelas 7c-1".

"Salam kenal".

"salam kenal".

"udah udah kenalan nya. Kita banyak tugas tau!". Dia bernada seperti sedikit marah

"Baik ketua". Sertak semua orang menurut

"Tolong rapihkan buku yang sebelah , terus kamu yang di sana, kamu juga ikut Dito". Vira mengatur semuanya, mengatur semua anggota dia dan berprilaku seperti seorang yang sangat memiliki jiwa kepemimpinan.

"Ehh. Kamu bantu dia tuhh yang ada di atas". Dia nunjuk Natasya yang sedang merapikan buku di sana.

"Tasya?".

"eh kok kamu tau nama dia?".

"Udah dua kali ketemu di gerbang sekolah".

"Hah apaan itu?".

"Enggak. Yaudah aku bantu dia dulu". Aku langsung mendekati dia, membantunya membersihkan meja dan merapihkan buku-buku di atasnya.

"ehh?, Kenapa?". Dia sedikit keheranan

"Apa?"

"kamu bantuin aku".

"si suruh ketua".

"iya". Seperti biasa "iya iya iya". Mulu dah.

Waktu menunjukan pukul lima sore. Dimana Perpustakaan akan segera di tutup dan semua anggota eskul kbp akan meninggalkan ruangan tersebut dan pulang kerumahnya masing-masing.

"Baik, makasih yaa untuk hari ini. Terus buat yang sebelah sana biar aku ajah yang urus kalian langsung pukang ajah kerumah masing masing karena takut pulang kemalaman".

"oke".

"makasih juga untuk hari ini ketua". Semua anggota berkata dan sedikit membungkuk badanya. Vira memang memiliki sikap kepemimpinan dan bertanggungjawab tinggi. Kalau di eskul tapi di kelas kayak orang yang terpojokan oleh satu kelas?. Aku engga tau dia di kelas di pandang seperti apa oleh yang lainya.

"ketua duluan". Aku pamit bareng Tasya. "engga ada niatan buat bantu dia gitu?". Ahh engga ada sihh pengen cepet-cepet pulang. Engga nyangka eskul kayak gini juga nguras tenaga.

"Iya. Hati-hati di jalan".

Aku bareng lagi sama Tasya menuju pangkalan angkot di depan. Dia engga berucap apa apa. Aku ingin bertanya tentang pandangan orang orang di kelasnya kepada dia. Cuman takut menyinggung perasaan nya. Makin di pendam makin penasaran sihh.

"nat. Kamu di kelas sering di bully?. Kenapa?". Aku sedikit takut menyinggung perasaan dia.

"Iya". Heuh, seperti lagi singkat padat engga jelas.

"Aku culun engga seperti perempuan yang ada di kelas. Jadi sering bahan candaan mereka deh". Terusnya

"engga nyoba melawan?". Aku yang lemah kalau dia engga berusaha untuk bangkit. Tidak akan ada kemungkinan dia akan terbebas dari injakan orang lain.

"aku udah nyoba, hasil nya tetep ajah mereka malah semakin tambah arogan".

Aku mencoba memahami perasaan dia. Emang akan susah sihh kalau emang udah berusaha semaksimal mungkin tapi kalau hasil nya tetap ajah malah makin parah yaa mental seseorang buat hadapi itu semua akan turun jauh.

"Aku masuk eskul kbp, karena ajakan dari Vira. Dia beda sama teman teman sekelas ku. Aku terima dia lalu gabung dengan dia di perpustakaan. Dan hasilnya aku senang bisa dapet teman di sana".

"Hmm".

"Setelah masuk disana yang tadi nya kepercayaan diri sedikit hilang balik lagi. Ternyata punya teman emang mengasyikkan". Dia senyum bahagia.

"nat". Kayak nya engga akan adil kalau dia yang cerita tentang dirinya, sedangkan aku engga.

"udah Deket sana pangkalan".

"Iya Iya. Aku duluan angkot nya udah ada".

Dia masuk dan menghilang secara perlahan dalam kerumunan kendaraan yang lalu lalang di sore hari ini. Aku juga pulang. Sembari memikirkan sesuatu yang terus mengganjal di kepala ini. Kalau terlalu terbuka sama orang lain, baik tidak yah?. Engga mungkin sihh kalau mereka tahu masa lalu itu, meraka bakalan berteman terus bersama ku?. Tak berapa lama angkot telah mendekati jalan dimana disana jalan yang sudah dekat dengan rumah ku. Aku berhentikan angkot itu dan berjalan kembali menuju rumah.

"Mbak aku pulang".

"ita aden. Aden tas nya mbak simpan".

"iyak mbak". Heuh capek juga yaa. Punya eskul pulang suka telat dua jam lebih setelah pembelajaran selesai.

"Aden udah mutusin masuk eskul yaa" si mbak balik lagi sembari tertawa kecil.

"udah tau kan, dah ah mau mandi dulu. Bye".

"aden makan malam udah mbak siapin di meja makan".

"Iya mbak". Capek memang tapi lumayan hari ini lebih baik dari yang kemaren. Satu langkah menuju harapkan semoga ajah selalu di jalan yang enak dan mulus.

Sekarang hari Sabtu yahh. Ahhh lupa besok libur. Ehh? Ehhh"ahh lupa kelompok pknku mau kerkom di sini besok". Mana tadi Vira engga bilang buat ngengitin lagi. Aku engga punya nomor dia lagi. Terus besok harus gimana?. Cuman bisa pasrah mengahadapi besok.

Keesokan harinya. Dengan perjanjian yang telah dibuat memang mereka hadir tepat jam 10 siang di rumahku. Mereka memang semua nya cewek sehingga membuat si mbak kaget keheranan.

"Aden saya bawakan cemilan sama minuman ke belakang".

"Iya mbak".

"aku udah bawa laptop. Tinggal nyari bahan materi di hp masing masing". Ujar Vira memerintah.

"Aku udah siapin dari malem. Tinggal salin kirim ke kamu vir".

"serius? Mana mana".

"Nih".

"Wah kau memang bisa di andalkan violet".

"hehehe". Cuman bisa tersenyum engga bisa membantu mereka mengerjakan artikel.

"Nih mbak bawakan cemilan sama minuman nya. Silahkan pada di makan".

"makasih mbak". Tak lama kemudian tugas artikel kamu pun jadi. Jadi, tinggal menunggu hari h nya untuk presentasi. Menjadi anggota kelompok orang paling pintar di kelas memang memuaskan engga perlu banyak kerja nya terus di tambah teman teman nya juga rajin.

Kami mengobrol dengan bersikap seperti teman. Mereka menganggap aku mungkin seperti teman mereka? Walaupun orang lain melirikku seperti orang berandalan yang engga boleh sama sekali punya teman. Kami saling mengobrol tentang mata pelajaran serial guru yang memberi kami tugas. Dengan asyiknya waktu menunjukan pukul dua siang. Kami berpamitan untuk mengakhiri kerkom hari ini dan pulang kerumah masing-masing.

"Makasih mbak atas cemilannya"

"Iya non. Jangan lupa mampir lagi kesini yaa".

Heuh mbak jangan ngomong yang aneh-aneh sihh

"pasti".

"lucky kami pulang dulu. Bye".

"Bye".

Hari Sabtu bisa jadi hari yang menyenangkan karena mereka datang kerumah ku. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama tidak ada teman yang mengunjungi rumah ku. Bahagia yang mungkin di ekspresi kan oleh wajahku. Bisa di lihat oleh si mbak yang senyum kepadaku.

"Dahh ahh mau tidur siang dulu".

"Heh udah jam setengah tiga aden".

"terserah akulah".

"Hehe". Si mbak kegirangan melihat anak dari majikan nya yang sudah di anggap seperti anak sendiri berhasil keluar dari keterpurukannya. Ini lah saat yang di tunggu dimana dengan teman dia akan berhasil melewati semua masalah hidup nya.

Bell berbunyi di jam enam kurang tiga puluh menit. Aku tidak ingin terus mengandalkan si mbak untuk membangunkan ku. Terus cepat-cepat ke kamar mandi mandi. Lalu turun ke bawah untuk sarapan.

"pagi aden".

"Pagi juga mbak". Sarapan kali ini memang sarapan seperti biasa yang tidak sama sekali timbul rasa bisa setiap menyantap nya. Memang ini makanan kesukaanku. Jadi mau di makan beberapa kalipun memang enak.

"Mbak aku berangkat".

".Ya hati-hati di jalan aden".

Hari ini memang aku sedikit semangat dengan kejadian kemaren yang memang akan terjadi kembali. Dapat mengobrol dengan mereka. Apalagi sekarang kan aku ikut eskul. Seperti biasanya di depan nunggu angkot lewat. Di pangkalan turun. Lalu berjalan kembali menuju sekolah lalu masuk kelas. Memang hari Senin setiap siswa seperti di wajib kan untuk datang lebih awal agar mereka tidak terlambat masuk sekolah. Seperti itu mungkin? Yang di perlihatkan oleh teman teman sekelas ku. Ahh tidak perubahan ternyata. Aku memang tidak boleh terlalu berharap kepada manusia. Mau ke kantin, jam istirahat ke satu ataupun ke dua dan sepulang sekolah engga ada sama sekali yang mengajak ku mengobrol dengan mereka.

Bell pulang pun berbunyi dengan aku berharap dengan bell ini di eskul nanti keadaan suasana ini tidak sama dengan suasana di kelas. Aku melihat Tasya sedang berjalan menuju Perpus dia sendirian. Aku mendekati nya dan memutuskan untuk ke perpustakaan bersama dia bareng-bareng. Seperti biasa di memang agak sedikit cuek entah apa yang membuat dia seperti itu sehingga dia tidak begitu tertarik kepada orang lain.

Di depan perpustakaan kami lihat Dito. Sedang membawa tumpukan buku. Aku membantu dia membawakan buku itu. Setelah di dalam perpustakaan aku tidak melihat Vira ketua kami? Kemana dia?

Ternyata Vira sedang ada urusan dengan pembina kami. Aku membantu mereka yang ada di dalam merapihkan buku sembari mengeluarkan candaan dan membahas tentang sekolah tadi. Mereka mengobrol dengan lepas karena hanya anggota eskul yang ada di sana tanpa ada satu pun penjaga Perpus.

Aku bersama Tasya merapihkan buku di bawah tangga

"nat".

"ya".

"rasa nya tidak adil kalau cuman kamu yang cerita".

"Cerita?".

"Aku dulu seorang berandalan, mempunyai banyak teman engga sehat sama sekali akalnya dan cuman bisa berbuat onar setiap harinya". Tasya sedikit heran dengan ucapan barusan

"hmmm?".

"aku cuman pengen punya teman yang benar benar. Aku memang punya teman dulu walaupun engga baik sama sekali. Tapi mereka kayak nikam aku dari belakang. Mereka berbalik memfitnah aku setelah tau sikapku yang sebenernya".

"Mungkin itu cobaan".

"mungkin".

"terus apa yang akan kamu lakukan buat nutup semua luka itu".

"Aku? Aku cuman ingin berubah ajah sihh".

" aku juga kan pernah bilang ke kamu kalau aku juga seorang yang terbully di kelas. Mereka bully aku cuman muasin diri mereka sendiri. Entah apa yang salah dalam diriku. Sampai sekarang aku engga punya teman satu kelas". Setelah di pikir pikir nasib Tasya memang lebih berat daripada ku.

"aku cuman punya teman berkat eskul ini. Aku bersyukur banget ada eskul dimana nasib setiap anggota sama seperti ku. Mereka memang agak sedikit di kucilkan di kelas nya karena kekurangan nya".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun