"Akukan cuman pengen ayah pengertian sama aku ajah udah cukup kok". Aku nanya sangat polos waktu itu. Ibu ku cuman tersenyum dan terus terusan membela ayah. Tapi sekarang beda dengan waktu kecil aku sudah tumbuh memasuk masa masa remaja pemikiran waktu itu hanya omongan engga ada artinya sama sekali. Ibu cuman menutupi kesalahannya agar aku bisa menerima dia terus.
Kring kringhhhhh........ Bunyi alarm
jam 5.30 pagi. Aku bergegas bangun dan membuka semua pakaian dan menyiapkan air di bak mandi. Gak sadar engga sadar karena nyawaku sedang dalam masa pemulihan waktu itu. Seketika ketika ayunan pertama gayung yang mengambil air dari bak menuju badan sebelah kanan ku dan menumpahkan nya. Sontak rasa ngantuk langsung hilang seperti di telan bumi dalam dalam. Mandi memang sebuah kegiatan yang sangat malas untuk di lakukan,apalagi ketika baru bangun waktunya lagi lagi. Sangat terpaksa. Sangat terpaksaaaaa.
"Aden, sarapan udah mbak siapin di meja makan".
"Baik mbak, makasih". Rasanya kurang semangat dengan sekolah di hari ini. Kejadian kemaren tidak mau terulang kembali, aku takut kembali pada masa masa suram itu. Namun tatapan dingin meraka memang membuatku tidak percaya diri untuk berteman dengan meraka."apakah mereka semua musuhku?". Engga mungkin. Dari semua orang di sekolah adalah musuh yang benci terhadapku mungkin di antara meraka akan ada yang suka terhadap ku. Minimal mau berteman denganku. Semoga hari ini menyenangkan engga seperti kemaren dan di jauhkan dari orang orang yang engga beres kepalanya.
"Aden, kok malah ngelamun. Udah mau jam setengah tujuh".
"Ehhh,ehhhhhhhh ...". Aku ngelamun lama juga. Mikiran hal hal kemaren dan juga cewek itu. Aku makan dengan cepat, si mbak memperingati agar makan engga usah terburu buru kayak gitu.
"Akhokkhookk.. airrrrr". Terdesak roti
"Tuhkan aden. Kata mbak juga".
".udah jangan ngajak ngobrol. Aku berangkat mbak".
"Aden engga ada yang ketinggalan?".