Mohon tunggu...
Acep Yayan XII MIPA 4
Acep Yayan XII MIPA 4 Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Kelas 12 mipa 4

Gak ada

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Persahabatan Tanpa Persyaratan

25 Februari 2022   13:41 Diperbarui: 25 Februari 2022   13:51 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Iya aden". Dia mendatangi ku dan mengambil tas dari punggungku.

"Aden, gimana sekolah pertama nya di sekolah baru". Dia bertanya dengan penuh penasaran.

"Engga ada yang menarik sama sekali".

"Oh. Aden mbak udah nyiapin makan nya di atas meja ,makanan kesukaan ade".

"Makasih mbak".

"Yaudah mbak mau nyimpen tas lalu balik lagi ke belakang".

Emgga balas perkataan si mbak, yang ada di pikiranku cuman ada si cewek tadi. Dia kayak punya masalah deh, sehingga dia di jauhkan sama teman teman nya. Kalau kayak gitu mungkin dia juga sama tersiksa sama sepertiku. Ahh engga usah di pikirkan sihh, sekarang cuman waktu nya makan lalu mandi terus main game sesuai ritual yang sering di lakukan.

Ehh lupa ada tugasssss!.

Di rumah cuman di huni oleh ayah, ibu, aku , si mbak, terus tukang kebun. Cuman berempat. Apalagi kalau ayah sama ibu pergi kerja. Dirumah engga ada siapa siapa dan yang paling deket sama aku cuman si mbak yang suka perhatian dari dulu. Aku memang kurang dapet perhatian dari meraka, meraka sibuk bekerja apalagi dia. Sangking malas nya sama dia yang lebih mementingkan bisnis nya daripada anak nya. Masa seorang ayah kayak gitu. Aku suka cari perhatian dari meraka agar mereka lebih sering memperhatikan anak nya di banding perkejaan nya. Semua hal nakal waktu kecil sering aku lakuka demi mendapat perhatian meraka, cuman ibu yang sering negur aku dia engga sama sekali, kayak engga anggap aku ini anaknya. Padahal anak di usiaku waktu itu memerlukan perhatian lebih dari kedua orang tuanya. Namun, berat sebelah hanya ibuku yang suka sesekali memarahi.Semenjak makin dewasa aku berfikir dia emang benar benar engga anggap aku ini ada sama sekali. Kesal, kalau memang dia anggap aku seperti engga ada aku juga angap dia buka ayah ku. Aku bilang ke ibu

"Ibu. Kenapa ayah jarang perhatian kepadaku". Waktu kecil aku sangat penasaran dengan pemikiran dia

"Ahh nak. Diakan sibuk bekerja buat kamu. Biar kamu setiap keinginan kamu mudah buat ayah kabul kan". Dia tersenyum sambil mencubit pipiku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun