Sementara itu, nun disebuah pulau kecil tak berpenghuni, Ilham mengumpulkan kayu kecil dengan sebuah parang. Kebetulan sewaktu masih sekolah ia sering menonton petualangan orang-orang yang terdampar dipulau, baik cara membuat pondok sederhana, dan cara membuat api.
Ia mengumpulkan kayu dan beberapa bambu yang kebetulan tidak banyak tumbuh disana, lalu ia mengumpulkan kulit kayu liat yang bisa dipakai untuk membuat tali. Ia bersusah payah membuat sebuah rumah kecil berlantai dua, dengan imajinasinya yang tinggi ia dapat membuat pondokan hunian. Sementara ia puas dengan hasil kerjanya, ia menebang lagi beberapa pohon bambu dan membuatnya menjadi sarana membawa air tawar yang terdapat ditengah hutan tersebut, lalu dialirkannya dengan pohon bambu kehalaman rumahnya.
Ia juga membuat sebuah WC dan kamar mandi sederhana disamping rumahnya. Ia bersyukur dapat bertahan hidup dan membuat hunian sederhana. Sementara untuk makan sehari-harinya ia mencari dedaunan dan cendawan hutan yang diyakini dapat dimakan beserta buah-buahan kelapa.
"Alhamdulillah... sudah sebulan lebih aku disini, Allah masih menyayangiku, aku mampu membuat tempat hunian dan makan sederhana ditengah pulau ini. Mudah-mudahan kelak ada manusia yang datang kesini menjemputku.." batin Ilham seraya mencoba membuat api dari sebilah kayu. Walau telah gagal beberapa kali, Ilham tetap yakin menggosok-gosok kayu tersebut sehingga akhirnya, apipun menyala. Sementara korek gas dan pakaian dalam kopor dahulu telah hanyat saat terjadi tsunami ringan beberapa waktu yang lalu.
Â
BAB IV
SURVIVAL
Setiap hari Ilham akan mengitari pulau kecil tersebut dengan membawa pisau dan sebuah tombak kayu yang dibuatnya. Ia akan berburu ditepi pantai, baik mencari ikan, maupun makanan lain yang terdapat disana. Untuk ikan, Ilham akan mengeringkannya di atas api, sehingga ikan dapat bertahan lama, sedangkan untuk jamur dan yang lainnya ia akan mengurusnya sendiri.
Suatu hari, Ilham menemukan sebuah karung yang dibawa gelombang beserta sebuah tempat susu bayi Bebelac yang terbuat dari seng. "Alhamdulillah...! Aku punya periuk sekarang!" senyum Ilham seraya memungut tempat bebelac tersebut.
Lalu ia membuka karung yang sudah agak lumutan, kiranya didalam karung tersebut terdapat beberapa kunyit bercampur jahe. Ia mengambilnya dan menggendong karung tersebut dipundaknya. Tak jauh dari sana, ia menemukan sebuah paket kecil yang terbalut kertas hitam, dari tulisan kecil menempel, ternyata itu adalah pesanan seseorang dari shopee, kemungkinan barang ini terjatuh kelaut, baik kecelakaan atau kemalangan orang itu. Ia membukanya, dan matanya terbelalak, ternyata berisi lima kantong bibit jagung manis unggul, dan lima lagi bibit kacang buncis.
Ilham membawa semuanya ke pondokannya ditengah hutan dipulau kecil itu. Dia beristirahat, sementara celana dan bajunya sudaj koyak semua. Untuk bertahan, setiap hari apa yang dapat diambilnya dipinggir pantai, ia akan mengumpulkannya dipondok tersebut. Bertahan hidup seorang diri memang sulit, kadang ia demam, sakit, kembung, dan terluka. Namun berkat tekadnya, ia mampu meramu obat-obatan dari dedaunan.