"Sudahlah Ris, kita harus ikhlas melepas kepergiannya. Sudah menjadi takdir bagi kita, anak kita Ilham pergi tak tentu rantaunya, hilang tak jelas rimbanya, mati tak tentu kuburannya..!" sahut Pak Ardi seraya merangkul pundak isterinya.
"Aku masih tidak percaya Ilham telah tiada Yah, hatiku berbisik bahwa anakku masih hidup..!" jawab Bu Riska seraya menangis dipelukan suaminya.
"Kita hanya bisa berdo'a dan berharap Bu..!" jawab Pak Ardi menenangkan isterinya. "Waktu akan menelan semua kisah, kita harus tetap berusaha, bekerja dan tetap hidup".
Semua orang di Kerinci kembali sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, walau sesekali mereka masih ingat dengan sosok muda yang baik hati yaitu Ilham Kurniawan. Sebagian penduduk masih yakin Ilham hidup, sementara sebagian telah mengambil kesimpulan bahwa tiada seorangpun penumpang yang selamat didalam tragedi pesawat G005 Indonesia.
"Hai Diana, gimana kalau kamu ikut camping bersama kami?" ajak Rudi sahabat satu jurusan diana pada suatu hari.
"Memangnya mau campng dimana Rud?" jawab Diana seraya menghentikan kegiatannya menulis dibukunya.
"Rencananya kami akan camping di Gunung Marapi. Ikut gak?" ujar Rudi seraya duduk dikursi kosong depan Diana.
"Ayolah Diana... kami berlima, aku, Fitri, Yuni, Nola, dan Rensi juga ikut loh..!" timpal Bela dari seberang kursi Rudi.
"Benar loh Diana, kita harus healing sesekali untuk menyegarkan fikiran kita!" Rudi tersenyum menatap Diana.
"OK, baiklah... kapan kita berangkat?" jawab Diana tersenyum.
"Asek.... Itu baru benar!, kita berangkat lusa dari tempat kosnya Firman di Tabing" jawab Rudi seraya berlalu pergi.