Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Petualangan Ilham Kurniawan

21 Juli 2024   02:34 Diperbarui: 21 Juli 2024   04:34 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kawan-kawan...! Ayo kita kepantai..cepat..!" teriak Meri kepada kawan-kawannya sore itu dengan nafas ngos-ngosan.

"Emang kenapa Mer?" jawab Rudi dan teman-temannya terkejut.

"Pak Marbi ditemukan mengapung dilautan, wajahnya memar dihantam gelombang, ia sekarat ayo cepat kita tolong..!" teriak Meri. Akhirnya merekapun berlari semuanya ke pantai.

Di pantai orang-orang sudah berkumpul dan memapah Pak Marbi yang terluka parah. Ketika dilautan, dia dihantam oleh air laut yang pasang, ombaknya yang besar melemparkan Pak Marbi kearah pantai. Orang-orang berlari dan mengangkat Pak Marbi keatas tandu, namun darah yang banyak keluar membuatnya tak kuasa menahan nafasnya dan meninggal. Namun sebelum meninggal orang-orang mendengar suaranya berucap "Il..ham... Kur..nia..wan... Kerinci...!" Diana terpaku. Langkahnya tak bisa diangkat, hatinya bergetar wajahnya pucat, kenapa Pak Marbi menyebut nama Ilham Kurniawan Kerinci?. Joni yang melihat kekasihnya hampir pingsan memapah Diana untuk menjauh, sementara masyarakat sibuk membawa jenazah almarhum kerumah duka dan akan disemayamkan besoknya di dekat gereja.

Apa yang terjadi? Ilham Kurniawan Kerinci? Dua kata ini berkecamuk didalam kepala Diana sampai waktu mereka meninggalkan kepulauan Pagai kembali ke Dermaga Teluk bayur Padang.

Ilham hanya mampu menunggu dan menanti, kenapa bantuan tiada jua datang? Apa yang terjadi dengan Pak Marbi? Ilham akhirnya fokus untuk survival bertahan hidup. Disamping menemukan bibit-bibit yang hanyut terbawa gelombang, Ilham senantiasa membangun lahannya lebih luas dan berbagai macam rempah-rempah ditanaminya, pohon durian sudah tumbuh melampaui dirinya. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, sementara kehidupan Ilham terus berkembang disana, bertani, mengumpulkan ikan, dan meramu obat-obatan yang ia buat sebagai jamu dan  serbuk.

Rambut ikal yang sudah melampaui bahu, kuku yang menghitam, kumis dan jambang yang semrawut, membuat Ilham bagaikan hantu laut yang berlari dibibir pantai. Ia telah mengumpulkan sobekan kain, dan beraneka ragam barang bekas yang bisa dimanfaatkan dipondokannya.

Dan hari ini, ia menangis bahagia, karena menemukan kardus yang berisikan alkohol dan bahan contoh botol-botol kecil berisi solar. Ia begitu riang dan membuat pelita dari botol, dan untuk pertamanya selama dua Tahun ini ia memiliki penerang dari pelita dimalam hari.

Hari-hari yang melelahkan, disamping rajin ibadah, ia terus berlatih berolah raga, dan bekerja dilahan dipulau yang kecil itu. Pupuk kompos yang terus ia buat membuat tanamannya semakin subur, namun untuk pemuda yang sudah berumur dua puluh tiga tahun, tentu tetap merasa sepi dan hati yang sunyi.

Senja itu, Ilham baru pulang dari memancing ikan di sungai kecil ditengah hutan. Hari yang sudah meremang membuat matanya agak berkunang-kunang. Tiba-tiba ia mendengar suara desis didekat kakinya. Ia akan menaiki tebing untuk pulan kepondokannya, namun ia merasakan sakit setelah gigitan yang terasa dikakinya. Ternyata seekor ular telah mematuk betisnya, ia pusing dan terjatuh hingga berguling menuruni tebing dan terjatuh dipinggir sungai dalam kegelapan malam.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun