"Jangan terlalu lama, sayang," kata Gazi lembut, menyentuh pelipis Rindu dengan penuh kasih. "Aku khawatir kalau kamu tidak segera masuk, kamu bisa terkena flu. Anak-anak juga sudah selesai belajar dan sedang menunggumu untuk makan siang."
Rindu menatap suaminya, menatap mata Gazi yang penuh perhatian itu. Dia tahu Gazi sangat menyayanginya. Tapi Rindu juga tahu bahwa perasaan itu tidak pernah bisa sebanding dengan apa yang ia rasakan untuk Rasha. Cinta yang penuh hasrat dan kenangan---sesuatu yang tidak bisa ia abaikan begitu saja. Bagaimana ia bisa kembali kepada Gazi sepenuhnya jika hatinya masih terikat pada Rasha?
"Iya, aku akan masuk," jawab Rindu akhirnya, meskipun hatinya berat. Dia mengangkat tubuhnya dari kursi dan berjalan menuju pintu, namun langkahnya terasa begitu pelan, seperti beban yang tak bisa dia lepaskan.
Setelah makan siang bersama keluarga, suasana di rumah kembali terasa nyaman. Gazi dan anak-anak tampak begitu ceria, sementara Rindu duduk di sofa dengan pandangan kosong. Ketika Gio dan Rea mulai bermain di ruang tamu, Rindu mengambil ponselnya dan membuka pesan yang sudah ia abaikan sejak pagi tadi.
Rasha:
"Aku merindukanmu. Aku tahu kita berdua salah, tapi aku tak bisa menahan perasaan ini. Aku butuh kamu, Rindu. Masih ada ruang di hatiku untukmu. Kalau kamu ingin berbicara, aku di sini."
Rindu menatap pesan itu lama. Perasaan hangat meresap ke dalam dirinya, tetapi sekaligus rasa takut dan bersalah pun muncul. Rasha adalah bagian dari masa lalu yang penuh gairah, penuh kebersamaan, dan penuh kenangan manis. Namun, kini semuanya telah berubah. Rindu sudah memiliki keluarga, sudah memiliki Gazi, pria yang selalu berada di sisinya, yang selalu sabar dan penyayang.
Ia menulis balasan dengan hati-hati.
Rindu:
"Aku juga merindukanmu, Rasha. Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku sudah memiliki keluarga. Gazi, anak-anak, semuanya. Aku tidak bisa begitu saja meninggalkan mereka."
Setelah menekan tombol kirim, Rindu terdiam. Perasaannya campur aduk. Ia ingin melupakan Rasha, tetapi setiap kali pesan itu datang, hatinya merasa tergerak untuk kembali mengenang masa-masa bersama pria itu. Kenangan indah yang kini terasa seperti sebuah kebohongan. Cinta yang tidak pernah benar-benar bisa ia miliki.
Ponsel Rindu bergetar kembali. Pesan dari Rasha masuk.
Rasha:
"Aku tidak ingin memaksamu, Rindu. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu ada untukmu. Aku tidak pernah menginginkan perpisahan ini. Jika suatu hari nanti, kamu merasa seperti aku, kita bisa berbicara lebih banyak."