Mohon tunggu...
NN
NN Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Asisten Pribadi Artis

Asisten Pribadi Artis

Selanjutnya

Tutup

Roman

Rindu Yang Tenggelam

23 Desember 2024   10:11 Diperbarui: 23 Desember 2024   10:11 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan langkah yang berat, Rindu meninggalkan kafe itu, menuju masa depan yang penuh ketidakpastian. Ia tahu bahwa apapun yang terjadi, ia harus siap menghadapi konsekuensinya. Hatinya masih penuh dengan cinta untuk Rasha, dan ia akan mengikuti jalan yang sudah dipilihnya.

Bab 10: Dua Pilihan

Rindu menatap kosong ke luar jendela mobil yang melaju cepat. Kota Bandung tampak sibuk di pagi hari, dengan hiruk-pikuk kendaraan dan aktivitas manusia yang tak henti-hentinya. Namun, meskipun dunia di luar begitu hidup, hatinya terasa kosong. Keputusan yang baru saja ia ambil masih menggantung di pikirannya, membuatnya merasa terombang-ambing. Setiap detik terasa seperti beban yang berat, dan perasaan cemas semakin menguasainya.

Setelah percakapan dengan Gazi di kafe tadi, Rindu kembali ke rumah dengan langkah yang berat. Gazi menerima keputusan itu dengan tenang, meskipun jelas ada rasa kesedihan di matanya. Namun, ia tahu apa yang harus dilakukan. Jika Rindu benar-benar merasa bahwa itu adalah yang terbaik untuk dirinya, ia tak bisa menahannya lagi. Meski hatinya hancur, ia berusaha untuk memberi ruang bagi Rindu untuk mengejar kebahagiaannya.

Di rumah, Rindu segera mengambil tas dan barang-barang penting. Ia memutuskan untuk pergi ke tempat yang sudah ia rencanakan, ke rumah Rasha. Sesuatu di dalam dirinya mendesaknya untuk segera bertemu dengan pria itu, yang selalu ada di hatinya meskipun selama bertahun-tahun ia mencoba menyingkirkannya.

Namun, sebelum ia sempat meninggalkan rumah, anak-anaknya pulang dari sekolah. Rea dan Gio berlari ke dalam rumah dengan riang, melontarkan tawa ceria yang mengisi ruang tamu. Begitu melihat ibunya berdiri di sana, mereka menghampiri dan memeluknya.

"Bu, ayo kita main!" Gio berkata dengan senyum ceria, mengangkat mainan yang dibawanya pulang dari sekolah.

Rindu menatap kedua anaknya dengan tatapan lembut. Rea yang berusia sepuluh tahun, dengan kecerdasan yang luar biasa, memandangnya dengan perhatian. Anak perempuan itu sudah cukup mengerti jika ibunya sedang menghadapi masalah. Wajah Rea menunjukkan kecemasan, namun ia tidak mengatakan apapun.

Rindu tersenyum tipis, meskipun hatinya terasa perih. Ia membelai kepala Rea dan Gio, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang ada di dalam dirinya. "Kalian bermain dulu, ya. Ibu harus beres-beres sedikit," jawabnya, berusaha terdengar santai meski ia merasa hancur di dalam.

Setelah anak-anaknya bermain di luar, Rindu duduk di ruang tamu, menatap foto keluarga yang terpajang di dinding. Gazi, Rea, Gio, dan dirinya. Semua terlihat bahagia. Tapi hatinya merasa begitu kosong. Ia tahu keputusan yang ia ambil adalah sesuatu yang tak mudah, namun perasaan untuk Rasha tetap membara.

Lalu, ponselnya berbunyi. Pesan dari Rasha masuk lagi.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun