Tapi bagaimana jika ia merasa bahwa cinta sejati tidak pernah benar-benar bisa ia miliki?
Bab 6: Perasaan yang Terus Bergulir
Pagi itu, Rindu merasa lebih berat dari biasanya. Udara Bandung yang sejuk seakan tidak mampu menghapus kegelisahan yang menggerogoti hatinya. Ia duduk di balkon rumah, memandang ke jalanan yang mulai sibuk. Sebuah pagi yang terlihat biasa, namun di dalam dirinya, kekosongan yang sama terus menghantui.
Hari-hari setelah percakapan dengan Gazi dan pertemuan dengan Rasha membuat Rindu semakin bingung. Ia sudah memutuskan untuk menghadapinya, namun setiap kali berhadapan dengan kenyataan, hatinya terasa sesak. Apa yang seharusnya ia pilih? Keluarga yang ia cintai atau cinta yang selama ini terpendam?
"Rindu, kenapa masih di luar?" Gazi muncul dari dalam rumah, tampak sedikit khawatir melihat istrinya yang tampak terdiam begitu lama.
Rindu mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis. "Aku hanya butuh waktu untuk berpikir."
Gazi duduk di sampingnya, menatapnya dengan tatapan lembut. "Tentang apa, sayang?"
Rindu memalingkan wajah, mencoba menutupi kegelisahan di matanya. "Tentang kita, Gazi. Tentang perasaan yang sulit untuk dijelaskan."
Gazi menarik napas dalam-dalam, dan mengenggam tangan Rindu dengan lembut. "Aku tahu, Rindu. Aku bisa merasakannya. Tapi aku ingin kau tahu, aku di sini untukmu. Tidak peduli apapun yang terjadi, aku tetap mencintaimu."
Rindu menunduk, hatinya seperti terkoyak. Ia tahu Gazi sangat mencintainya, namun apa yang bisa ia lakukan jika hatinya lebih sering berpaling ke arah yang lain? Rasha. Pria yang dulu pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Perasaan yang begitu mendalam, begitu sulit untuk dilupakan.
Sementara itu, Rasha juga tidak tinggal diam. Setelah pertemuan malam itu, ia tak pernah berhenti memikirkan Rindu. Perasaan yang tumbuh semakin kuat membuatnya tak bisa tidur. Ia ingin sekali mengajak Rindu untuk kembali bersama, namun ia tahu ada banyak hal yang harus dipertaruhkan. Anak-anak, suami Rindu, dan kehidupan yang sudah mereka jalani bersama.