Rindu terdiam, merasakan rasa hangat yang mengalir melalui kata-kata Gazi. Namun, di sisi lain, ia merasa seperti ada bagian dari dirinya yang terus terlepas. Sebuah kekosongan yang hanya bisa diisi oleh Rasha, pria yang selalu hadir dalam pikirannya, meskipun ia tahu cinta itu tak bisa ia miliki sepenuhnya.
"Terima kasih, Gazi," kata Rindu akhirnya, menunduk dan menghapus air matanya. "Aku hanya butuh waktu untuk menemukan jawabannya."
Suasana malam itu terasa hening, seolah-olah dunia berhenti berputar sejenak, memberi ruang bagi Rindu untuk mengumpulkan perasaan yang kacau. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa jalan yang ia pilih tidak akan mudah. Cinta yang tak pernah bisa dimiliki selalu meninggalkan luka yang dalam, meskipun ia tahu, pada akhirnya, ia harus memilih.
Bab 5: Titik Balik yang Mengubah Segalanya
Pagi itu, udara Bandung terasa sedikit lebih sejuk dari biasanya. Rindu berdiri di depan cermin, memperhatikan wajahnya yang tampak lelah. Meskipun sudah berusaha untuk tersenyum, ada sesuatu yang terasa kosong dalam dirinya. Hatinya seperti sedang terombang-ambing di antara dua dunia yang tidak pernah bisa ia miliki secara bersamaan. Cinta yang terpendam, dan keluarga yang ia cintai.
Di ruang makan, Gazi sedang duduk sambil menyeruput kopi, terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Rindu melangkah menuju meja makan, mengambil secangkir kopi juga, dan duduk di seberang suaminya.
"Sudah siap untuk hari ini?" tanya Gazi, dengan senyum khasnya yang selalu mencoba memberi rasa nyaman.
Rindu mengangguk pelan. "Iya, aku siap."
Gazi menatapnya dengan seksama, seolah-olah ada yang mengganjal dalam dirinya. "Rindu, ada yang ingin kau bicarakan?" tanyanya, nada suaranya lebih dalam dari biasanya.
Rindu menatap mata suaminya, mencari kata-kata yang tepat. Namun, entah mengapa, ia merasa bingung dengan segala perasaan yang mengerumuni dirinya. Rasha, keluarga, dan rasa cinta yang tidak bisa ia jalani---semua itu berputar di pikirannya.
"Aku..." Rindu terdiam, mencoba mencari kata-kata yang bisa menjelaskan segala sesuatunya tanpa menyakiti hati Gazi. "Aku merasa seperti ada yang hilang, Gazi. Aku tak bisa menjelaskan, tapi aku merasa seperti... terjebak."