Mohon tunggu...
NN
NN Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Asisten Pribadi Artis

Asisten Pribadi Artis

Selanjutnya

Tutup

Roman

Rindu Yang Tenggelam

23 Desember 2024   10:11 Diperbarui: 23 Desember 2024   10:11 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rindu membalas pelukan suaminya, tetapi hatinya terasa berat. Dia tak tahu bagaimana menjelaskan kekosongan yang dia rasakan, atau betapa besar perasaan yang masih dia simpan untuk seseorang yang sudah bukan miliknya lagi.

Sementara itu, di kejauhan, di tempat yang tak terlihat, Rasha juga memikirkan hal yang sama. Mereka berdua tahu bahwa apa yang mereka rasakan tak akan pernah bisa sampai pada akhir yang bahagia. Tetapi perasaan itu tetap ada, menggantung di antara mereka, tak pernah terucap dengan jelas.

Di luar, hujan semakin deras, menyelimuti malam dengan kesunyian yang menenangkan. Namun, bagi Rindu, malam itu terasa penuh dengan kegelisahan, penuh dengan pertanyaan yang tak bisa dia jawab. Apa yang seharusnya dia lakukan dengan perasaan ini? Akankah cinta yang tak akan pernah sampai itu terus menghantui hidupnya?

Bab 2: Di Persimpangan Jalan

Rindu berjalan menyusuri lorong rumah yang sunyi, dengan langkah yang perlahan. Suasana pagi di Bandung yang cerah seakan menegaskan kontras antara kehidupannya yang tampak sempurna di luar dan kerisauan yang menyelimuti hatinya. Di ruang tengah, Gazi tengah bermain dengan Gio dan Rea, keduanya yang tampak ceria dan penuh energi. Rindu tersenyum melihat pemandangan itu, namun hatinya tetap terasa hampa.

Sebuah suara dari ruang tamu memecah lamunannya. Itu adalah notifikasi pesan yang baru masuk ke ponselnya. Dia ragu sejenak untuk membuka pesan itu, karena dia sudah tahu siapa yang mengirimnya. Rasha.

"Rindu, aku benar-benar merindukanmu. Semua yang terjadi dalam hidupku terasa kosong tanpa kamu."

Rindu menghela napas, menatap layar ponselnya dengan pandangan yang kosong. Perasaan itu datang lagi---rindu yang tak pernah pudar meski waktu terus berjalan. Dia tahu apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan. Namun, apakah mungkin perasaan ini bisa dihentikan begitu saja? Perasaan yang sudah mengakar begitu dalam dalam dirinya?

Sementara itu, di ruang tengah, Gazi memandangnya dengan tatapan lembut. "Kamu tidak makan pagi, Rindu? Anak-anak sudah selesai sarapan," ucapnya pelan, seolah memahami bahwa istrinya sedang terperangkap dalam pikirannya sendiri.

Rindu tersadar, sedikit terkejut oleh pertanyaan itu. "Oh, iya, aku... aku tidak lapar." Dia tersenyum, berusaha menutupi perasaan yang bergolak di dalam hatinya. Gazi tidak tahu apa yang sedang dia rasakan. Dia tidak tahu betapa besar kekosongan yang membayangi hidup Rindu.

Gazi menatapnya beberapa detik, seolah mencoba memahami, namun tidak ada kata yang keluar dari mulutnya. Rindu bisa merasakan tatapan itu, tatapan yang penuh perhatian namun juga penuh dengan kecemasan. Gazi memang pria yang baik, penuh kasih sayang, dan selalu berusaha menjadi suami yang terbaik. Tapi ada sesuatu yang hilang dalam hubungan mereka---sesuatu yang tak bisa Rindu ungkapkan dengan kata-kata.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun