"Sini, biar aku bantu." Pemuda itu mengambil setumpuk buku dari tanganku yang penuh.
Itulah kali pertama kami berkenalan dan semenjak hari itu, dia telah berhasil menawan hatiku. Â Â
Rendi, anak senat yang begitu simpatik dan selalu ringan tangan. Sementara aku, seorang gadis pemalu yang medioker, hanya bisa diam-diam mengaguminya dari kejauhan.
"Aku tahu selalu bisa mengandalkanmu. Ami, aku suka kamu. Aku ingin agar kamu selalu di sisiku."
Ia lalu meraih tanganku, menggenggamnya. Namun perlahan, genggamannya itu menjadi terlalu erat. Meremas tanganku.
Auch.
"Lepaskan."
Saat kudongakkan pandangan dari genggamannya, wajah yang kusaksikan di hadapanku membuatku terperanjat seketika.
Sang nenek renta dengan rambut putih panjang. Menatapku dengan sepasang mata butanya.
"Aku suka kamu."
Dari mulutnya yang tersungging lebar, menetes cairan merah menjijikkan dari buah jintala. Serupa darah.