Penglihatan mengerikan itu membuatku tersentak. Terbangun seketika.
Aku lega mengetahui itu hanya sebuah mimpi, meski tanganku masih terasa ngilu bekas cengkeraman Rendi dari alam mimpi.Â
Meski kesadaranku berangsur kembali, tubuhku tetap tak mampu digerakkan.
Ruangan begitu gelap. Aku tak mampu melihat apapun. Aku tak ingat kapan tertidur. Semestinya belum malam, mungkin masih sore.
Dari tepi penglihatan, kusaksikan sang nenek di pojok beranda tempat dia biasa terduduk. Menganyam bilah-bilah akar pohon.
Nenek itu seperti tengah bersenandung.
Lambat-laun pencahayaan menjelaskan siluet sosok itu.
Bukan, itu Bulan. Wanita muda yang beberapa waktu lalu berada di gubuk kepala desa.
Penglihatanku mungkin silap, tetapi seberkas cahaya petang yang jatuh di wajahnya membuat senyumnya terlihat bengis. Â
Tenanglah, Ami. Makhluk gaib tidak akan bisa melukaimu.Â
Bulu kudukku merinding.